Kaltimtoday.co, Samarinda – Salah satu ulasan pada Pertemuan Koordinasi Pengembangan Industri Pangan Lokal yang dihelat pada Selasa (22/9/2020) oleh DPTPH Kaltim, yakni pengenalan Toko Tani Indonesia Center (TTIC) atau Pasar Mitra Tani. Keberadaan dan peran TTIC dijelaskan langsung oleh Muhammad Alimuddin, Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan DPTPH Kaltim.
TTIC di Kaltim telah memasuki tahun ketiga dengan pembiayaan melalui pemerintah pusat. DPTPH Kaltim sebagai pembina dan pengelola dan beralamatkan di Jalan PM Noor, Outlet Sempaja, Samarinda. TTIC merupakan representatif, model yang dibentuk mirip seperti swalayan, serta laporan keuangan terdata secara daring dan dapat dikontrol langsung oleh pusat.
“Kebijakan anggaran membantu subsidi tetapi di Kaltim harus mencari mitra pengusaha UMKM sebagai pembeli, nanti pemerintah yang membantu usahanya. Di sisi lain, ada peluang besar maka, pemerintah memfasilitasi peningkatan dan pemelihaaran kualitas, produktivitas dan kontinuinitas TTIC,” jelas Alimuddin.
TTIC memberikan kemudahan akses dengan cara menghimpun semua produsen membentuk jaringan pasar. Sehingga hasil produk lebih murah. Namun, petani dan pelaku usaha tetap mendapatkan untung. TTIC memberi keuntungan pojok pangan lokal. Kendati demikian, beberapa daerah masih belum memberdayakan fungsi TTIC. Bantuan peningkatan TTIC, mencapai angka 100 juta guna operasional. Dalam prosesnya TTIC akan dibantu selama 2-3 tahun, melalui bimbingan, perencanaan, dan pengelolaan.
Ali berharap, TTIC akan terus berkolaborasi dengan Disperindagkop sehingga membantu para produsen. Pada dasarnya, TTIC memfasilitasi pasar. Namun, tidak menutup kemungkinan TTIC dapat berkembang lebih dari fungsi pasar yang dapat memberikam akses pemenuhan konsumsi pada masyarakat semakin menyeluruh serta menghimpun lebih luas pelaku tani dan usaha guna meraup keuntungan.
“Permasalahan penting saat ini belum ada cash flow, sementara petani inginkan cash flow. Saat ini sedang galaknya memperkenalkan investasi kepada pembeli,” sambung Alimuddin.
Lebih lanjut dia mengatakan, terdapat banyak tantangan pada industri pangan lokal, sehingga membuat TTIC dirancang sebagai salah satu alternatif penyelesaian masalah. Hampir 70 % UMKM terdampak, akibat pandemi serta 30% memiliki kendala dalam upaya pemasaran. Hal tersebut tak terkecuali pada bidang produksi juga demikian. Ketersediaan bahan baku yang terbatas, pembiayaan UMKM menjadi terhambat. Guna tetap melaksanakan kegiatannya. Kaltim merencanakan satu tahun menumbuhkan 1.000 wirausaha UMKM.
“Setelah keadaan normal, DPTPH akan bekerja sama dengan Badan Pendapatan Daerah. Hal tersebut telah melalui perencanaan sejak 2 tahun lalu. Akan ada pasar atau tempat pemasaran bagi UMKM dengan model dua fase. Tempat tersebut dapat menjadi sebuah tempat berkumpul namun menjual banyak komoditas. Sehingga roda perekonomian tetap berjalan,” pungkas Alimuddin.