Site icon mediatokotani.com

Duta Petani Milenial Beromzet Puluhan Juta

Menjadi petani selalu identik dengan stigma bahwa profesi tersebut kurang bergengsi dan berpenghasilan rendah. Dampaknya, banyak generasi muda kurang tertarik dengan sektor pertanian karena dianggap tidak menjanjikan. Namun, Shofyan Adi Cahyono, petani milenial sukses asal Semarang, berhasil mematahkan stigma negatif tersebut. Sejak 2014 lalu, pemuda kelahiran 1995 tersebut memulai bisnis sayur organik. Ia terjun bertani dan memasarkan produk sayur organik olahannya di bawah P.O. Sayur Organik Merbabu (SOM) melalui berbagai media sosial. Bersama enam orang temannya, Shofyan kemudian menjadi distributor sayur organik di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jabodetabek. Ia juga mengembangkan pemasaran dan manajemen dalam mengelola bisnisnya.

“Kalau dulu bertani itu tanam tinggal tanam, tanpa memperhitungkan untung rugi per batang sayur. Kalau sekarang harus dihitung Harga Pokok Produksi (HPP),” ujar Shofyan kepada Trubus (15/05/2018). Kini, bisnis pertanian yang ia kelola dapat menghasilkan omzet Rp 60 juta perbulannya. Bahkan, P.O. Sayur Organik Merbabu (SOM) yang didirikannya sudah memasarkan 50 jenis sayuran organik ke berbagai daerah di Pulau Jawa, Kalimantan, bahkan meluas hingga negara tetangga, yaitu Singapura.

Melihat banyaknya kaum milenial yang gengsi untuk terjun bertani, Shofyan mengungkapkan bahwa pertanian kini menjadi sektor potensial karena sudah didukung oleh teknologi. Ia juga menggagas tagar #YangMudaYangBertani agar kelak generasi muda dapat berkontribusi lebih banyak di sektor pertanian. “Sekarang ada drone agricultural untuk penyemprotan pupuk, artinya bertani sudah semakin mudah. Lalu mengapa gengsi? Selama masih ada manusia hidup yang butuh makan, pertanian pun akan terus hidup.” Tak hanya menekuni bisnis pertanian, Shofyan juga menjadi ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Citra Muda sekaligus konsultan pertanian. Ia juga merupakan fasilitator dan asesor pertanian organik di Lembaga Sertifikasi Profesi Pertanian Organik (LSPPO) Jakarta.

Atas kiprahnya di dunia pertanian, Shofyan diangkat menjadi salah satu Duta Petani Milenial oleh Kementerian Pertanian (Kementan) pada April lalu. Ia merasa bangga dan senang karena dengan menjadi duta petani milenial, ia dapat berbagi ilmu dan pengalamannya untuk memotivasi generasi milenial agar mau bertani. “Pertanian telah membawa saya ke Taiwan untuk belajar pertanian organik, Pertanian pula yang menuntun saya bertemu dengan tokoh-tokoh penting di Indonesia bahkan sampai ke Presiden Jokowi,” kata Shofyan kepada Liputan6, April lalu. Pengukuhan 67 duta petani milenial oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, merupakan upaya untuk mempercepat regenerasi petani. Program tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan peran generasi muda dalam mengembangkan dan memajukan sektor pertanian agar lebih prospektif dan berorientasi pada ekspor. “Saya makin percaya anak muda yang mau terjun dibidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. Apalagi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia maka dunia dalam genggaman kalian,” kata Syahrul saat telekonferensi Pengukuhan Duta Petani Milenial Dan Petani Andalan, Senin (13/4). Tak hanya melalui Duta Petani Milenial, Kementan juga melakukan terobosan melalui tiga pilar SDM pertanian yang menjadi dasar program pendampingan petani milenial. Adapun pilar yang fokus pilar tersebut adalah penyuluhan pertanian, pendidikan pertanian, dan pelatihan pertanian. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa terdapat peningkatan petani berumur di bawah 25 tahun sebesar 148 persen sepanjang 2013 hingga 2018. Adapun jumlah petani yang berusia di bawah 25 tahun hingga 34 tahun pada 2018 mencapai 3,2 juta orang. Namun demikian, profesi petani masih didominasi oleh usia 45 tahun ke atas dengan persentase 64,19 persen. Sumber: BPS, Tabloid Sinar Tani Melalui berbagai pelatihan pertanian bagi generasi milenial, sektor pertanian diharapkan lebih diminati oleh anak muda di masa mendatang. Sebagai negara agraris, besarnya kontribusi petani milenial dapat mewujudkan cita – cita Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045 mendatang.

Exit mobile version