JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah meminta perusahan peternakan ayam berkapasitas besar bisa merambah pasar ekspor, ketimbang bersaing dengan peternak rakyat di pasar becek.
Hal ini guna membantu mengatasi permasalahan berulang industri perunggasan yang kerap mengalami anjlok harga, terutama dalam dua tahun terakhir.
“Paling utama kami meminta korporasi-korporasi khusus yang besar ekspor. Kami dari pemernitah siap untuk apapun itu terkait ekspor, siapa pun yang mau ekspor, kami beri karpet merah untuk itu,” ujar Nasrullah dalam webinar KompasTalks, Kamis (17/12/2020).
Baca juga: BPDPKS Proyeksi Dana Pungutan Ekspor Sawit Capai Rp 45 Triliun di 2021
Selain itu, Nasrullah meminta para peternak besar tersebut bisa meningkatkan hilirisasi dalam bentuk processing.
Artinya, melakukan pengolahan terlebih dulu salah satunya dalam bentuk karkas, jadi tidak menjual dalam bentuk ayam hidup di pasar rakyat.
“Kami juga meminta untuk tingkakan hilirisasi dalam bentuk processing, jangan ikut menjual ayam di pasar rakyat bersaing dengan peternak rakyat, buat segmen tersendiri, lakukan pengolahan,” kata Nasrullah.
Nasrullah mengatakan, permasalahan pasokan ayam di pasar yang berpengaruh pada harganya yang fluktuatif, tak lepas dari peranan sebagian besar peternak ayam dalam negeri, mulai dari kecil hingga besar, yang berebutan menjual ayam hidup.
“Hampir semua peternak baik korporasi, partnership, maupun mandiri, itu jual nya sebagian besar ayam hidup. Ini adalah pola-pola yang mungkin kita pahami, dan ini akibatkan sulit untuk tentukan seperti apa perbaikan-perbaikan yang sifatnya bisa permanen,” jelas dia.
Baca juga: Peruri Kembali Ekspor 1 Juta Paspor ke Sri Lanka
Nasrullah mengungkapkan, sejauh ini langkah yang diambil Kementan untuk menstabilkan antara permintaan dan penawaran adalah dengan pembatasan jumlah telur tetas dan afkir dini induk ayam.
Ini merupakan langkah jangka pendek untuk stabilisasi pasokan dan mengerek harga ayam yang anjlok.