SariAgri – Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat menyatakan, pemerintah segera menggelar operasi pasar (OP) kacang kedelai untuk merespon keluhan meroketnya harga kedelai saat ini. “Soal waktunya kami tengah berkoordinasi dengan dinas perindustrian dan perdagangan,” ujar Kepala Dinas Pertanian Garut, Beni Yoga Gunasantika.
Menurutnya, keluhan harga yang disampaikan kalangan pengrajin tempe-tahu di Garut mendapatkan perhatian pemerintah pusat, dengan merencanakan menggelar OP.
“Nanti Kementerian Perdagangan yang menentukan waktu termasuk berapa kuota yang akan diberikan,” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya ujar Beni, harga yang disepakati untuk dibeli pengrsjin berada di angka Rp8.500 per kilogram, sehingga diharapkan bisa membantu mereka.
“Soal kebutuhannya sudah kami sampaikan tergantung kebijakan mereka,” ujar dia.
Beni mengakui hingga kini pemerintah daerah belum menyiapkan rencana dan strategi apa, yang dibutuhkan untuk menekan harga kedelai hingga kembali ke posisi semula di harga Rp6.500 hingga Rp7.000 per kilogram.
Meskipun demikian, untuk jangka menengah Pemda Garut telah merencanakan dan menyiapkan lahan baru seluas 1.200 hektar untuk tanaman kedelai.
“Tahun ini segera dilakukan penanaman,” kata dia.
Sebelumnya, kalangan pengrajin tempe di Garut, Jawa Barat mulai mengeluhkan kenaikan harga beli kacang kedelai saat ini. Mereka meminta pemerintah segera melakukan Operasi Pasar (OP) untuk menstabilkan harga.
Abdul Aziz, salah satu pengrajin tempe di kampung Ciawitali, Garut mengatakan, kenaikan harga beli kacang kedelai sudah berlangsung sejak tiga bulan terakhir menjelang pergantian tahun.
“Namun yang paling melonjak dirasakan dalam dua bulan terakhir atau sekitar November-Desember,” kata dia.
Awalnya harga kedelai berkisar di angka Rp 6.500 – Rp 7.000 per kilogram, namun perlahan pasti kini harga kedelai sudah melintas angka Rp 9.000 lebih per kilogram.
“Sekarang berada di harga Rp 9.000- Rp 9.500 per kilogram,” kata dia.
Hal senada disampaikan Koko Komarudin, pengrajin tempe lainnya. Menurutnya, kenaikan harga kedelai memang tidak terlalu besar, namun berlangsung secara singkat.
“Kadang satu bulan bisa beberapa kali,” ujar dia.
Akibatnya, jika dibanding harga semula, kenaikan harga kedelai saat ini sudah di atas Rp 2.000 per kilo.
“Dulu awalnya di angka Rp 7.300 per kilo, sekarang sudah di atas Rp 9.000 lebih per kilo,” ujar dia.
Untuk mempertahankan daya beli terutama para pelanggan akhirnya mereka mengecilkan ukuran tempe yang akan dijual kepada masyarakat.
“Biasanya satu kilo bisa 4-5 biji, sekarang bisa jadi 6 biji, ya kita siasati saja agar pembeli tetap bisa dilayani,” ujar Aziz.
Sementara itu, Yudi, salah satu agen distributor kacang kedelai Garut menyatakan kenaikan harga kedelai yang berlangsung sejak September itu dipicu beberapa hal yakni pandemi Covid-19 salah satunya kapal ekpedisi pengangkut kedelai terganggu protokoler Covid-19. Kedua, ujar dia, kenaikan harga akibat kenaikan nilai tukar dolar AS, sementara nilai rupiah masih terpuruk.
“Amerika sendiri panen raya kedelai mulai didistribusikan d bulan Januari,” ujar dia.
Dengan kondisi itu, praktis pasokan kedelai di seluruh mitra dagang Amerika, termasuk Indonesia menipis yang mengerek kenaikan kedelai di dalam negeri.
“Semoga pasokan kembali melimpah sehingga harga kembali normal bagi pedagang,” kata dia.