Site icon mediatokotani.com

Indef: Pandemi, Sektor Pertanian Jadi Stabilitator untuk Pemulihan Ekonomi

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengoprasikan mesin pemotong padi saat panen raya di Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah, Lampung, Selasa 6 Oktober 2020. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan sektor pertnian menjadi kekuatan ditengah pandemic COVID-19, sektor pertanian Lampung diharapkan bukan hanya memenuhi kebutuhan Lampung melainkan untuk Indonesia juga. ANTARA FOTO/Ardiansyah
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengoprasikan mesin pemotong padi saat panen raya di Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah, Lampung, Selasa 6 Oktober 2020. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan sektor pertnian menjadi kekuatan ditengah pandemic COVID-19, sektor pertanian Lampung diharapkan bukan hanya memenuhi kebutuhan Lampung melainkan untuk Indonesia juga. ANTARA FOTO/Ardiansyah

TEMPO.COJakarta – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai sektor pertanian telah menjadi stabilitator dalam pemulihan ekonomi di tengah dampak pandemi COVID-19.

Menurut Tauhid, sektor pertanian mampu tumbuh positif dan berkontribusi baik dari segi kinerja ekspor, maupun peningkatan penyerapan tenaga kerja, dibandingkan tahun sebelumnya. 

“Sektor pertanian menjadi stabilitator untuk pemulihan ekonomi dari sisi growth, tenaga kerja, ekspor dan (pengurangan) kemiskinan. Tetapi ke depan tantangannya saya kira masih cukup berat,” kata Tauhid dalam diskusi INDEF yang digelar secara virtual, Rabu 17 Februari 2021.

Dalam mencapai target ketersediaan pangan pada tahun ini, ia menilai sektor pertanian memerlukan dukungan dari banyak pihak, termasuk pemerintah kepada petani.

Terkait dengan produktivitas, Tauhid mengatakan ketersediaan pupuk subsidi harus terus diantisipasi karena akan memengaruhi keberhasilan target produksi yang sudah ditetapkan.

Di sisi lain, Kementerian Pertanian juga mengalami pemotongan anggaran yang cukup signifikan, yakni sebesar Rp6,3 triliun dari pagu awal Rp21,83 triliun menjadi Rp15,5 triliun.

“Saya kira diperlukan intervensi yang lebih serius bagaimana kita bisa melakukan perubahan besar dari sisi investasi masyarakat, kemudian subsidi pupuk yang diperlukan termasuk tadi mengantisipasi kebijakan perdagangan untuk impor serta dukungan stakeholder lainnya,” kata dia.

Seperti diketahui, sektor pertanian berhasil tumbuh positif sebesar 1,75 persen, ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mengalami kontraksi 2,07 persen pada 2020.

Berdasarkan data BPS, pertanian merupakan satu dari tujuh sektor yang tumbuh positif, sedangkan 10 sektor lainnya mengalami kontraksi. Dalam struktur PDB Indonesia, kontribusi sektor pertanian menyumbang cukup besar, yakni 13,7 persen.

Kemudian, ekspor pertanian selama pandemi juga menunjukkan kinerja positif sebesar 14,03 persen, meski total ekspor nasional secara keseluruhan mengalami kontraksi 2,61 persen.

Exit mobile version