Site icon mediatokotani.com

Manfaat tanaman Porang dibudidayakan di Wonogiri: Laku keras di pasar ekspor

Segudang Manfaat Tanaman Porang Dibudidayakan di Wonogiri: Laku Keras di Pasar Ekspor
Supriyanto saat berada di lahannya yang ditanami porang, Desa Ngambarsari, Kecamatan Karangtengah, Wonogiri beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI – Para petani di Kecamatan Karangtengah, Wonogiri, Jawa Tengah, sedang bereksperimen membudidayakan tanaman porang. Lantas, apa istimewanya tanaman ini?

Tanaman porang adalah sejenis umbi-umbian yang dulunya diabaikan karena biasa tumbuh liar di pekarangan rumah. Padahal di pasar ekspor, tanaman ini banyak dicari untuk diolah menjadi tepung.

Umbi porang yang dulunya sering dianggap tidak berguna dan sebagai makanan ular ini ternyata laku di jual di pasar ekspor negara Jepang, China, Taiwan, dan Korea.

Budidaya Tanaman Porang

Dihimpun dari berbagai sumber, porang adalah tanaman umbi-umbian dengan nama latin Amorphophallus muelleri. Masyarakat Jawa biasa meengenal tanaman ini dengan nama iles-iles.

Tanaman ini biasanya diolah menjadi tepung sebagai bahan baku industri kosmetik, lem, maupun campuran makanan. Umbi porang mengandung glucomannan berbentuk tepung yang merupakan serat alami mudah larut dalam airr. Serat ini biasa dipakai sebagai aditif makanan berupa pengembang dan pengental, pembuatan lem ramah lingkungan, hingga komponen pesawat terbang.

Dikutip dari situs Kementerian Pertanian, Minggu (221/2/2021), tanaman porang memiliki keunggulan, yakni bisa beradaptasi pada semua jenis tanah dengan ketinggian antara 0-700 mdpl. Tanaman ini mampu bertahan di wilayah kering meski minim perawatan. Bahkan, tanaman ini bisa ditanam dengan sistem tumpang sari dengan toleransi naungan 60%.

Bibit porang juga mudah didapat, yakni potongan umbi batang maupun umbi yang sudah memiliki titik tumbuh. Meski begitu, masa panennya cukup lama karena umbi yang baik dihasilkan dalam waktu lebih dari satu tahun.

Harga Porang

Harga umbi porang segar biasanya sekitar Rp4.000/kg. Sementara harga yang sudah siap diekspor sekitar 14.00/kg. Laman Pertanian.go.id mencatat tanaman ini memiliki nilai strategis untuk dikeembangkan lantaran laku keras di pasar ekspor. Badan Karantina Pertanian meenyebut ekspor porang pada 2018 mencapai 254 ton dengan nilai mencapai Rp11,31 miliar.

Sayangnya, sampai saat ini kebanyakan porang diperoleh dari hasil hutan karena belum banyak yang membudidayakan. Adapun sentra pengolahan tepung porang di Indonesia berada di Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung, serta Maros.

Exit mobile version