TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta — Berbagai persoalan yang muncul di saat panen raya tiba disebabkan belum optimalnya peran penggilingan padi dalam kegiatan serap gabah di pedesaan. Karenanya upaya revitalisasi penggilingan padi skala kecil dinilai penting dan mendesak untuk dilaksanakan.
“Tanpa dilakukan revitalisasi penggilingan padi skala kecil, stabilisasi harga gabah/beras tidak akan pernah dapat tercapai,’ tandas Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso, di acara FGD virtual yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani, Rabu (7/04).
Ketua Umum Perpadi mengemukakan, kegiatan pengadaan dan penyerapan gabah di tanah air selama ini melibatkan pihak-pihak diluar Bulog. Salah satu pihak yang perannya besar adalah pengusaha penggilingan padi yang banyak tersebar di pedesaan.
Yang jadi persoalan, saat ini lebih dari 90 persen penggilingan padi di Indonesia berskala kecil dengan manajemen sederhana sehingga mereka tak bisa beroperasi secara efisien. Ditambah Kehilangan hasil (losses) di penggilingan padi masih sangat tinggi, mesin yang dimiliki juga umumnya sudah tua . “Tanpa direvitalisasi, sampai kapanpun mereka tidak akan bisa memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bulog,” jelasnya.
Karena segudang permasalahan tersebut maka sulit diharapkan penggilingan padi di pedesaan mampu melakukan pemrosesan/ menghasilkan beras yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitas yang pada gilirannya mendorong terjadinya penurunan harga gabah petani di saat panen raya.
Penurunan harga gabah kering giling (GKG) menurut Mantan Dirut Bulog itu, biasa terjadi ketika panen raya berbarengan dengan musim hujan seperti yang saat ini terjadi. “Kondisi curah hujan tinggi membuat kualitas gabah menurun sehingga diikuti penurunan harga,” jelasnya.
Perlu Rp 2,5 Miliar
Persoalan penurunan kualitas ini sesungguhnya bisa diatasi bila penggilingan padi memiliki sarana pengering gabah yang memadai . Namun faktanya untuk melakukan penggantian peralatan secara mandiri mereka masih kesulitan karena tak memiliki kemampuan terakses ke kredit berbunga murah seperti kredit usaha rakyat (KUR).
Dukungan dana dari pihak ketiga termasuk perbankan dinilai Sutarto penting karena untuk kegiatan revitalisasi ini dana yang dibutuhkan cukup besar yakni sekitar Rp 2,5 Miliar per unit penggilingan padi.
Secara rinci disebutkan, harga 1 unit mesin pengering gabah berkapasitas 30 ton per hari saja mencapai Rp 1 miliar hingga Rp 1,2 miliar. Untuk penggantian alat-alat lain termasuk mesin pemisah kotoran diperlukan dana Rp 1 miliar . ” Ditambah dana untuk pembelian gabah petani , praktis totalnya mencapai Rp 2,5 miliar,” tuturnya.
Perpadi sejauh ini terus menyerukan kepada pemerintah untuk dapat mendukung penuh kegiatan revitalisasi penggilingan padi skala kecil mengingat perhatian pemerintah masih sangat kurang. “Padahal peran penggilingan padi sangat penting dalam mendukung program serap gabah yang tengah terus digiatkan pemerintah,” tegas Sutarto Alimoeso.
==
Sahabat Setia SINAR TANI bisa berlangganan Tabloid SINAR TANI dengan KLIK: LANGGANAN TABLOID SINAR TANI. Atau versi elektronik (e-paper Tabloid Sinar Tani) dengan klik: myedisi.com/sinartani/