Site icon mediatokotani.com

Genjot Produksi Pangan dan Stabilisasi Harga, Mentan SYL Himbau Daerah Lakukan Percepatan Tanam

Pilarpertanian – Terkait peringatan dini akan memasuki musim kering, puncaknya diperkirakan terjadi pada bulan Agustus 2021, Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar rapat koordinasi dengan seluruh dinas pertanian se Indonesia, perbankan dan stakeholder via daring di Agriculture War Room Kementan, Selasa Pagi (20/4).

Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam kesempatan tersebut meminta seluruh jajarannya dan pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian untuk mensosialisasikan Gerakan percepatan tanam dan serap gabah secara optimal. “Curah hujan masih tinggi jadi bisa kita manfaatkan air yang ada, kita harus kejar target” ucap Mentan.

Terkait harga gabah, Mentan SYL berpendapat dinamika ini adalah hal yang lumrah saat panen raya, dikarenakan beberapa hal seperti kualitas gabah yang turun karena curah hujan yang masih tinggi dan stok yang melimpah hampir didaerah sentra. Namun itupun hanya dibeberapa tempat saja. Sebagai solusinya, Mentan meminta pemerintah daerah untuk mengalokasikan pembelian gabah milik petani bersama Kostraling (Komando Strategi Penggilingan Padi).

“Kita harus menunda jual gabah, kenapa? karena jika kita jual dengan kualitas rendah otomatis harga akan anjlok” tuturnya. Harus ada usaha untuk mengeringkan agar didapat harga yang pantas tambahnya. Saya minta Perpadi dan Kostraling bisa membeli gabah petani sebanyak-banyaknya dengan harga pembelian pemerintah (HPP), tidak boleh di bawah itu” ucapnya. Mentan menambahkan jika ada yang coba-coba mempermainkan harga, Mentan tidak segan untuk menindak dengan menurunkan Satgas Pangan.

Tidak disitu saja, ia menjelaskan kedepan akan ada hal yang lebih penting yaitu menghadapi kebutuhan pangan. “Banyak pakar memprediksi harga pangan dunia akan naik dikarenakan banyak nya gagal panen. Beras Indonesia nantinya akan jadi rebutan negara lain. Untuk itu, Kita harus menciptakan kantong-kantong pangan di daerah. Dengan membeli gabah petani lokal kita bisa dapat 2 manfaat. Pertama bisa menstabilkan harga, kedua cadangan pangan masyarakat bisa terjaga dengan baik,” sebutnya.

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyampaikan periode Januari-Juni 2021, Kementan menargetkan luas panen 6,07 juta hektar dan produksi beras sekitar 17,81 juta ton. Jika target itu tercapai pertengahan tahun 2021 akan surplus 10 juta ton beras. Target musim tanam kedua, luas panen Juli – Desember 2021 sebesar 4,55 hektar dengan produksi beras setara 13,61 juta ton beras. Total surplus tahun 2021 sebesar 9,16 ton.

“Dengan adanya surplus ini diharapkan seluruh pihak stakeholder (Kostraling), BULOG, dan perbankan bisa berperan aktif untuk mendukung penyerapan gabah yang ada,” sebutnya.

Suwandi meminta di semua daerah untuk mulai kejar Musim Tanam II di di bulan April September. “Mohon lahan-lahan yang sudah dipanen segera lakukan percepatan tanam lagi supaya bisa capai target,” tandasnya.

Terkait harga, Suwandi membeberkan bahwa memang panen rata-rata terjadi di bulan Maret-April. Namun demikian, kondisi di bulan April masih ada dinamika harga gabah di 77 kabupaten dan 160 kecamatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah strategis penyerapan gabah petani.

“Terima kasih kepada petugas informasi pasar yang telah menyampaikan kondisi harga secara online harian. Bapak Mentan sudah bersurat ke Bulog, Gubernur, Bupati untuk serap gabah stabilisasi harga,” ujarnya. Pemerintah Pusat pun telah bergerak membentuk tim Gerakan Serap Gabah Petani (GSGP) bersama Kostraling, RNI, Bank Himbara, TNI, Dinas Pertanian dengan ditandai komitmen kerja sama serap gabah yang sampai saat ini telah realisasi 918.628 ton GKG dan 80.600 ton beras.(ND)

Exit mobile version