Site icon mediatokotani.com

Tanam jagung sistem methuk, raup keuntungan lebih

Sistem Methuk Merupakan Salah Satu Sistem Menanam Jagung Memanfaatkan Potensi Lahan.

MediaTokoTani – “Methuk” berasal dari kata “pethuk” dalam bahasa Jawa yang berarti bertemu, dan “methuk” dalam bentuk aktif berarti “mengambil”. Ada istilah dalam pertanian, Kedelai Methuk Jagung, yang berarti kedelai ditanam pada 80-90 hari dari jagung. Jadi saat jagung dipanen, kedelai berumur sekitar satu bulan. Kedelai dapat dipanen dalam waktu sekitar 45 hari. Jagung kedua bisa ditanam sesudahnya. Dengan sistem tanam ini, awalnya petani hanya bisa menanam jagung dua kali di MT-1 dan MT-2, dan petani bisa menanam kedelai di antara keduanya.

Teknik budidaya pemangkasan kecambah jagung (mucuki) dilakukan setelah 5-7 hari dari kedelai. Hal ini untuk melindungi benih kedelai yang ditanam dari hujan dan gangguan lainnya. Contoh lain jagung Methuk jagung merupakan jagung kedua yang ditanam 80-90 hari atau satu bulan sebelum panen, dan selanjutnya jagung benih selanjutnya ditanam.

Menurut Sunanto, Kepala Dinas Pertanian Grobogan, dalam webinar ProPaktani episode ke-80 yang diselenggarakan Selasa langsung oleh Propaktani TV (31/8), ia mengatakan manfaat sistem Methuk antara lain meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan pendapatan petani, menghemat pemupukan jagung kedelai metuk dan peningkatan produksi jagung.

“Banyak manfaat yang kita dapatkan dengan sistem methuk ini. Makanya kami coba mengenalkan ke petani di sini,” kata Sunanto. 

Teknik budidaya baru diwujudkan dengan memperkenalkan berbagai inovasi. Jika suatu inovasi teknologi jagung ingin berhasil, kunci keberhasilannya adalah pemilihan varietas, penggunaan sumber benih, efisiensi dan kekhususan teknologi, serta cara pelaksanaan panen dan pasca panen. . Demikian dilaporkan Kepala Balai Penelitian Sereal Maros, Muh. Azrai yang juga menjadi narasumber dalam acara tersebut.

Senada dengan itu Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan fokusnya tidak hanya pada proses normal menanam jagung. “Jika inovasi yang telah dikembangkan di masyarakat menjadi contoh untuk ditiru di daerah lain, jika telah ditiru, perkenalkan juga inovasi lain untuk meningkatkan efisiensi,” ujarnya.

Bahkan, aspek hilir yang sebelumnya didominasi oleh industri pakan kini telah memasuki industri makanan dan minuman. “Kami memperkenalkan makanan dan minuman dengan kandungan rendah aflatoksin yang rendah. Jagung tidak hanya dimanfaatkan bijinya untuk pakan unggas, tetapi batang dan daunnya juga dimanfaatkan untuk pakan ternak,” tambah Suwandi.

Suwandi menekankan perlunya mempertimbangkan prospek usaha yang terkait dengan penanaman jagung. Seperti yang selalu disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Bahwa kalau menanam jagung, harus dihitung untungnya. Harus ada sejumlah hasil. Kemudian hitung apa yang harus dilakukan.

“Tanam jagung sistem methuk ini jangan hanya semata-mata satu komoditas saja yang dikembangkan. Apabila integrasikan jagung dengan kedelai atau tanaman lainnya maka ada manfaat lainnya menambah pendapatan dan kesuburan tanah. 

Exit mobile version