Site icon mediatokotani.com

Kementan Lakukan Gerdal OPT Ramah Lingkungan, Antisipasi Perubahan Iklim

Subang – Kementerian Pertanian, menggelar Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (Gerdal OPT) dan Gerakan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (Gernang DPI) pada Selasa di Desa Tanjungrasa, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang untuk melindungi produksi tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI.

Gerdal OPT berwawasan lingkungan menggunakan Badan Pengendalian Hayati (APH) dan Gernang DPI yang dilakukan oleh petani, petugas POPT dan TNI dilakukan dengan normalisasi saluran irigasi dalam rangka prediksi banjir dan mitigasi serta mobilisasi Brigade La Niña yang dilakukan.

Serangkaian kegiatan yang dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan D.I. Yogyakarta sekaligus sebagai bentuk bimtek Propaktani.

Takdir Mulyadi, Direktur Perlindungan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengatakan banjir diperkirakan terjadi karena pekerjaan perbaikan kanal. “Kami juga mengajari petani bagaimana menafsirkan data yang ada untuk memastikan keamanan produksi yang benar,” kata Takdir.

Lebih lanjut Takdir mengungkapkan rasa senangnya dengan hadirnya para POPT, petani serta TNI dalam upaya menyiapkan kegiatan antisipasi OPT khususnya. “Disini yang berkembang adalah penggunaan Paenibacillus yaitu bahan yang dihasilkan laboratorium kita yang mana di Subang ini dan bisa mencover 100 ha,” terangnya.

“Disini dilakukan budi daya tanaman sehat, penggunaan benih tahan penyakit Inpari 32, aplikasi pupuk hayati sebagai seed treatment, penggunaan pembenah tanah untuk menyehatkan tanah,” lanjut Takdir.

Di dalam konsep ini dengan meminimalkan penggunaan pupuk kimia kemudian perbanyak pupuk hayati dan organik. “Kami yakin petani dibawah bimbingan POPT bisa memberdayakan supaya petani membuat sendiri bahan pupuk organik, pupuk hayati, pestisida biologi dan pestisida hayati. Dan ini sangat efektif sekali,” tambah Takdir.

Selanjutnya Takdir berharap partisipasi semua pihak, petani, dinas, TNI dengan sigap melaksanakan dengan baik. “Terima kasih TNI yang ikut mendampingi kegiatan pengamanan potensi hasil dan semoga gerakan ini bisa masif dilaksanakan,” harapnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi mengatakan agar semua memahami bahwa masalah pupuk dan pestisida naik bukan hanya di Indonesia.

Dibanding sebelum covid, saat ini naik dua kali lipat. “Kita diajarkan menggunakan pupuk kimia sebagai alternatif terakhir, kondisi pupuk mahal harus bisa kita siasati, kita ada kesempatan segera beralih menggunakan pupuk hayati organik,” kata Suwandi.

“Gunakan agen hayati bio pestisida pengelolaan PHT yang ramah lingkungan dan lebih efisien sehingga keberlanjutan lahan tetap terjaga sustainabilitasnya,” tambah Suwandi.

Suwandi mengarahkan bahwa setiap provinsi dan kabupaten melakukan mapping daerah rawan sehingga gerdal sesuai target mapping. “Tolong daerah yang sering banjir serta kekeringan, dan wilayah endemis OPT menjadi perhatian khusus untuk ditangani terpadu dengan gerakan ini,” jelasnya.

Suwandi minta masing-masing Dinas mereplikasi hal positif ini. “Silahkan daerah lain ikuti karena ini terobosan baru. Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk selaku sigap dan tanggap mengamankan produksi pertanian demi tercapainya pertanian yang maju, mandiri dan modern,” tandasnya.

Di lokasi Gerdal, Kepala Dinas Kabupaten Subang, Nenden Setyowati mengakui daerah ini memang rawan banjir. “Alhamdulillah tahun ini tidak terjadi seperti tahun 2020, Ke depan targetnya khusus yang zona merah menjadi tidak merah lagi. Karena disini selain banjir juga ada OPT terutama saat akan musim kemarau,” terang Nenden.

Wilayah Subang tahun ini juga mendapat program IP 400 seluas 1.000 ha. “Kedepan insya Allah lebih luas, IP 400 nya. Begitu juga dengan BTS, hari ini 100 ha mudah-mudahan dengan adanya pilot project ini bisa berhasil dan menjadi contoh untuk lahan lain di Subang,” terangnya.

Sementara itu, petugas POPT Kikin mengungkapkan luas BTS di Subang 1.000 ha, khusus di Tanjungrasa 100 ha yang saat ini dilakukan gerdal Paenibacillus. Kikin mengungkapkan daerah ini menggunakan Paenibacillus pasalnya daerah kronis endemis BLB dan Blas. “Dengan Paenibacillus dan ditunjang varietas tahan blas bisa mengamankan produksi” jelasnya.

“Kalau diadakan pengendalian ini untuk menekan perkembangan, tetapi kalau gerakan preventif seperti ini bisa seminimal mungkin serangan tidak terjadi,” tambah Kikin.

Pembuatan Paenibacillus cukup mudah dengan 6 kg kentang bisa untuk 20 liter larutan. Ditambah 200 gram gula dan isolat 4 tube dalam waktu 15 hari bisa diaplikasikan. Per hektar perlu 2,5 liter atau 5 cc per liter air. Adapun penggunaannya sebaiknya dilaksanakan sejak perendaman benih, di persemaian dan masa pertanaman 3 kali yakni usia 12, 24 dan 48 hari. “Seminggu kemudian gerakan ini kita amati lagi, jika ada gejala maka kita ulangi lagi,” tambah Kikin.

Di tempat yang sama, Dandim Subang Letkol czi Irsad Wilyarto, mengutarakan rasa bangganya bisa ikut mendukung gerakan ini. “Hari ini kita lakukan gerakan pengendalian hama. Kita tahu bahwa di Subang sebagai lumbung pangan di Jabar, namun kita juga tahu saat ini sedang ada pengembangan kawasan industri,” kata Irsad.

“Saya mengimbau karena kita sebagai lumbung pangan maka kita harus tetap menjaga dan melakukan inovasi dan kreativitas bahwa pangan harus tetap terjaga karena pangan adalah unsur yang penting untuk menjaga eksistensi negara kita,” pintanya.

“Intinya kami dari Kodim Subang selalu support kegiatan yang dapat meningkatkan panen yang selama ini sudah ada,” tambahnya.

Sebagai pejabat pemangku wilayah di Kecamatan Patokbeusi, Camat Heri Sopandi pun menyambut baik kegiatan di Kecamatan wilayahnya, dengan adanya gagasan Kementan dan TNI bantuan untuk pertanian. Ia sepakat bahwa Subang sebagai Kabupaten yang berkembang bagaimana caranya petani bisa tingkatkan provitas sehingga pertanian berkembang.

“Oleh karena itu, pertanian dengan gagasan sekarang bisa meningkat lebih tinggi sehingga petani cukup antusias melanjutkan pertaniannya,” pungkas Heri.

Exit mobile version