Site icon mediatokotani.com

Pola Tanam ‘Kedelai Methuk Jagung’ Upaya Kementan Mengurangi Kedelai Impor

(Dok. Kementan)

Jakarta – Permintaan kedelai impor pada industri tahu dan tempe menjadi tantangan untuk mengurangi ketergantungan impor. Harga kedelai impor lokal yang kompetitif menjadi penyebab terbatasnya pasokan ke petani.

Banyak petani kedelai saat ini mengalihkan komoditasnya ke jagung. Target pemerintah tahun ini 1 juta ton kedelai untuk memenuhi kebutuhan industri tahu dan tempe juga harus dicapai melalui berbagai terobosan.

Sebuah terobosan yang diperkenalkan oleh Kementerian Pertanian adalah Sistem Kedelai Methuk Jagung. Padahal, sektor pertanian sudah lama mengenal istilah kedelai methuk jagung, yaitu pola tanam kedelai pada saat jagung berumur 80-90 hari. Jadi saat jagung dipanen, kedelainya punya waktu sekitar satu bulan. Kedelai dapat dipanen setelah sekitar 45 hari.

Kata “Methuk” berasal dari bahasa Jawa “pethuk”, yang berarti bertemu, dan bentuk aktif, “methuk”, yang berarti “menjemput”.

Setelah itu baru bisa dilakukan penanaman jagung kedua. Semula petani hanya bisa menanam jagung dua kali pada musim tanam 1 dan 2 (MT-1 dan MT-2), dengan sistem methuk ini petani bisa menanam kedelai di antaranya.

Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknik budidaya pemangkasan tunas jagung (mucuki) setelah kedelai berumur 5-7 hari, yang dirancang untuk melindungi benih kedelai yang ditanam dari hujan dan gangguan lainnya.

Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan perlunya dorongan dan menjelaskan kepada petani dalam acara bersama penyuluh pertanian se-Indonesia pada Jumat (11/3), bahwa sebelumnya kita mampu menanam kedelai hingga 1 juta hektar.

“Kita tahu petani kedelai banyak yang beralih ke jagung, jadi sekarang konsep petani jagung pasang kedelai. Kita bisa belajar dari contoh Kendal dan Grobogan,” kata Suwandi.

Baca Juga : Kementan dan Kemendag Bersinergi Tingkatkan Ekspor Beras Organik

Menurut Suwandi, pada pola sistem methuk, kebutuhan air terbantu oleh hujan dan sistem tersebut berjalan hingga saat ini. Kondisi ini berlaku untuk kawasan yang dikelola Perhutani seperti Lamongan, Tuban, Ponorogo dan lain-lain.

“Saya minta penyuluh mengedukasi petani. Di Grobogan sistem methuk dijalankan di lahan kering dengan IP 400,” jelasnya.

Suwandi menjelaskan, ada implementasi sistem methuk yang disebut Methuk Jempolan (Methuk Jemput Pola Tanam) di Kabupaten Grobogan. Sebagai contoh pola tanam, jika panen jagung pada tanggal 20 Januari, maka sebelumnya pada tanggal 25 Desember petani menanam kedelai dengan perkiraan panen kedelai pada tanggal 20 Maret. Jagung ditanam 10 hari menjelang panen kedelai, yaitu pada 10 Maret.

“Jadi sistemnya mengikuti satu per satu. Perlu dikatakan bahwa dalam mode ini, para petani akan sangat sibuk di ladang. Selain sawah, kedelai juga bisa ditanam di perkebunan di sebelah kelapa sawit,” ujar Suwandi.

Sementara itu, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Yuris Tiyanto memaparkan detail teknis sistem methuk.

“Dengan sistem methuk, sangat sulit menggunakan mesin. Petani kita masih memanen dengan sabit. Namun menurut saya, masih aman untuk memanen dengan mesin pemotong rumput. Intinya, kita berusaha untuk tidak menanam jagung sebanyak mungkin. Kerusakan kedelai Jarak tanam juga perlu disesuaikan. Penyuluh di seluruh Indonesia harus dilatih agar tidak perlu menunggu terlalu lama karena kita harus menanam kedelai pada April-Juni,” kata Yuris.

“Kementerian Pertanian kini telah meminta kepala daerah (Gubernur dan Bupati) untuk Satgas Percepatan Pengembangan dan Penyediaan Kedelai Lokal Tingkat Provinsi dan Kabupaten untuk mengawasi perkebunan dan memberikan KUR kepada petani. Kebijakan pengembangan kedelai hari ini menggunakan model baru di mana kita pergi ke ladang dengan off-taker yang membeli hasil panen petani secara langsung. Misalnya, dua hari lalu, PT. Doa Bangsa Agribisnis, sebagai off-taker, telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan petani di Kabupaten Sukabumi dan Kuningan,” kata Uris.

Namun, Yuris juga mengingatkan petani untuk menjaga kualitas hasil kedelai sebagai komitmen kerjasama yang saling menguntungkan antara petani dan pembeli. Kedelai harus benar-benar bersih dan tidak tercampur dengan tanah atau bahan lain.

Keberhasilan penanaman kedelai tentunya tidak bergantung kepada ketersediaan benih. Kementan telah menyiapkan benih kedelai berkualiti tinggi, yaitu Biosoy 1 dan 2 daripada BB Biogen.

Selain itu, terdapat benih kedelaiyang tahan naungan yaitu Dena 1 dan 2. Terdapat juga benih kedelai Deja yang tahan air dan tahan cengkaman, dan benih kedelai Dering yang tahan kemarau, serta benih kedelai tempatan seperti Argomulyo, Anjasmoro dan Grobogen.

Baca Juga : Petani Karawang Dihimbau Ikut AUTP Antisipasi Gagal Panen

Exit mobile version