Sukoharjo — Stargate® 0.5 GR menampilkan senyum di wajah petani Mariman di Sukoharjo, Jawa Tengah. Pasalnya, produk terbaru dari FMC Indonesia ini membantu petani mengatasi serangan wereng coklat dan penggerek yang selalu menjadi momok menakutkan.
Saat kami bertemu di pinggir sawahnya pada akhir Maret 2022, Mariman (51) terlihat girang dan gembira. Pantas saja jerami terlihat merata dan daunnya berkibar-kibar berwarna hijau tua, pertanda tanaman sehat dan subur.
Mariman adalah seorang petani sejati dari desa Mojolaban Tegalmade di Sukoharjo, Jawa Tengah, yang mencintai dan sepenuhnya menekuni budidaya padi sebagai mata pencaharian utamanya.
Selain sawah miliknya sendiri, ia juga menyewakan sawah bengkok atau pelungguh milik para kader desa di desa tersebut. Umumnya, aparat desa memilih untuk menyewakan sawah mereka yang bengkok daripada mengolahnya sendiri.
Kata Mariman tanaman padinya ini telah berumur 45 an hari setelah tanam (HST). Telah masuk fase mecuti (jw),atau kerennya fase primordia,satu dua batang padi telah memunculkan bunganya. Biasanya kalau sudah begini, kurang lebih selapan hari lagi (35 hari) akan panen.
Baca Juga : Petani Karawang Dihimbau Ikut AUTP Antisipasi Gagal Panen
Melihat keragaan tanaman yang seperti ini, Mariman berharap benar akan membawa pulang hasil panen yang lebih banyak dari musim tanam(MT) yang lalu-lalu. Musim panen terakhir kemarin, dia hanya membawa pulang sekitar 5 – 5,4 ton gabah kering panen (GKP) dari sawah garapan seluas 6.500 m⊃2;. Hal itu terjadi karena tanamannya terganggu oleh serangan hama penggerek batang (beluk) dan tikus.
Teman petani Mariman ada yang lebih apes lagi. Selama 4 tahun atau 12 Musim Tanam hasil panen selalu kurang memuaskan. Karena dihajar tikus dan penggerek batang. Sehingga mereka menyerah, tidak berani lagi menyewa tanah untuk bertanam padi.
Pada musim tanam ini Mariman termasuk salah satu petani yang beruntung, dipercaya sebagai pelaksana Demonstrasi Plot Insektisida tabor Stargate® 0,5 GR. Agar sesuai dengan permintaan sponsor, dia menambah garapannya menjadi 2 Ha agar memenuhi syarat luasan Demplot.
Petani jebolan SMA ini menanam padi dengan menerapkan teknologi spesifik lokasi, teknologi yang paling cocok dilahannya, maklum dia sudah 30 tahun lebih bertani. Sehingga kenal betul dengan tanah, musimdanlingkungan yang ada di lahangarapannya.
Varitas yang ditanam adalah varitas baru yang bernama 86. Dia memperoleh benih baru tersebut dari teman petani di Sragen. Pindah tanam umur bibit 20 hari, ditanam jajar tegel dengan jarak tanam 22 x 22 x 1 cm.
Perlakuan pemupukan per Ha, disesuaikan dengan spesifik lokasi. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organic cair SP dosis 2 lt/Ha. Disemprotkan umur 3 hari dan 10 HST. Pupuk susulan 1 berupa pupuk Urea 150 kg pada umur 14 HST. Pupuk susulan ke 2 berupa Za 200 kg dan Phonska 200 kg. Pupuk susulan ke 2 ini lah yang dicampur dengan insektisida tabor Stargate® 0,5 GR sebanyak 36 kg.
Dari pengamatan Mariman, perlakuan Insektisida tabur Stargate® sudah terlihat 3 hari kemudian. Wereng coklat rontok dan penggerek batang juga tidak terlihat bekas serangannya. Beda agak nyata dengan perlakuan kontrol yang memakai Furadan 3 G.
Mariman, sang petani maju yang tidak tabu dengan teknologi baru ini terlihat puas dengan keragaan tanaman padi miliknya sampai saat ini. Dia berpengalaman menaksir hasil panen. Karena hasil panennya selalu dibawa pulang. Lalu dijual dalam bentuk gabah kering giling (GKG). Bila segala sesuatunya berjalan seperti yang diharapkan, dia yakin hasil panen tidak akan kurang dari 8 ton GKP per Ha.
Baca Juga : Registrasi AUTP Gratis, Petani Minim Mendaftar