mediatokotani.com – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendukung penerapan pertanian melalui penggunaan bahan organik seperti Biosaka. Untuk mendukung kajian kandungan Biosaka, Kementerian Pertanian telah menyediakan 4 Demonstration Plot (Demplot) seluas 4.000 meter persegi, sebagai lahan percontohan untuk menanam jagung.
Demplot 1 (P0) tidak menggunakan Biosaka dan NPK, Demplot 2 (P1) hanya menggunakan Biosaka, Demplot 3 (P2) menggunakan pupuk NPK, dan Demplot 4 (P3) menggunakan Biosaka + NPK. Langkah Kementerian Pertanian ini untuk mendemonstrasikan dan mengamati dampak hasil penggunaan Biosaka terhadap produksi tanaman padi dan jagung.
“Kita lihat efektivitas penggunaan Biosaka, nanti masyarakat bisa menilai sendiri,” kata Suwandi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, kepada wartawan di Kabupaten Sragen saat membuka Bimtek Produksi Biosaka.
“Dengan naiknya harga pupuk dunia, kita harus mencari alternatif dan solusi untuk menekan biaya produksi pangan,” tambah Suwandi. Suwandi menambahkan, saat ini ada momentum bagi petani untuk beralih ke produk yang tersedia secara alami, murah dan dapat dibuat sendiri, seperti kompos, pupuk organik cair, kascing (Bekas cacing) dan Biosaka yang belakangan populer.
“Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, beliau berpesan agar kita terus memantau dan menyikapi persoalan pertanian, termasuk mendukung inovasi-inovasi baru yang dapat meningkatkan hasil dan meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Suwandi.
Baca Juga : Aplikasikan Insektisaida Stargate® 0,5 GR, Panen Berlipat
Sekda Pemerintah Kabupaten Sragen, Tatag Prabawanto B. mengapresiasi langkah Kementerian Pertanian dengan memperkenalkan Biosaka serta praktik pembuatan dan demplot.
Tatag menambahkan, permasalahan yang dihadapi Kabupaten Sragen, salah satu sentra beras dan jagung di Jawa Tengah, adalah ketersediaan dan harga pupuk. Produk seperti Biosaka dapat meningkatkan hasil dan mengurangi penggunaan pupuk, yang dapat menjadi solusi alternatif bagi petani.
“Saya berharap para petani yang berpartisipasi dapat belajar darinya, dan saya berharap situs percontohan ini dapat berhasil, sehingga petani dapat mengambil manfaat darinya dan menghemat uang untuk pupuk.” pungkas Tatag.
Pendapat Pakar Tentang Biosaka
Biosaka bukan pupuk, tapi Elisitor, kata Robert Manurung, dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung. Tanaman Elisitor adalah tanaman yang mengandung senyawa yang memicu respon fisiologis, morfologi, dan akumulasi fitoaleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terlibat dalam biosintesis metabolit sekunder. Induktor dapat menginduksi ketahanan tanaman.
“Elisitor pada dasarnya mengirimkan sinyal ke tanaman, dan tanaman merespon di dalam tubuhnya untuk menghasilkan sel-sel raksasa dan hormon pertumbuhan yang baik,” kata Profesor Robert.
Mengenai debat Biosaka, Prof Robert telah membaca 100 jurnal terkait elisitor, dan temuan Ansar didukung oleh teori epigenetik dan berbasis sains serta tidak melanggar Ansar, penemu Biosaka.
Baca Juga : Kalsel Sudah Bisa Produksi Padi 4 Kali Setahun