mediatokotani.com – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan pasokan cabai aman selama Idul Adha 1443 H/2022.
Prihasto Setyanto, Direktur Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, mengatakan pada prinsipnya cabai rawit cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menghadapi Idul Adha, meski dengan harga yang relatif mahal.
“Artinya ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama petani cabai untuk memilih varietasnya dengan bijak saat musim hujan sedang tinggi seperti sekarang ini.” kata Prihasto Setyanto dari Jawa Tengah pada Selasa (28 Juni 2022).
Menurutnya, anomali cuaca harus disikapi dengan memilih varietas yang akan ditanam, seperti yang cocok ditanam saat curah hujan tinggi.
“Petani harus memilih mana yang benar agar tidak gagal,” katanya.
Dia menegaskan, pemerintah belum membuka keran impor cabai segar karena bisa menekan harga cabai di masyarakat. Selain itu, hampir 80% masyarakat Indonesia mengkonsumsi cabai segar.
“Masyarakat Indonesia tidak terbiasa makan cabai kering,” katanya.
Prihasto mengatakan harga cabai memang fluktuatif, sehingga dibutuhkan kreativitas petani untuk mengolah cabai menjadi produk turunan lain yang bernilai ekonomis.
Baca Juga : Kementan Gelar Bawang Merah dan Cabai Murah di TTIC Pasar Minggu
Pasokan berbagai jenis cabai pada Juni-Juli dikatakan masih berlebih untuk memenuhi kebutuhan nasional, meski peralihan dari lahan ke padi menyebabkan produksi turun.
Diperkirakan akibat perubahan iklim pada bulan Juni, produksi cabai besar akan turun 15% dan produksi cabai rawit akan berkurang 30%.
“Berdasarkan data Juli rata-rata selama enam tahun terakhir, produksi Juli-Agustus diperkirakan turun 10 persen, dan produksi cabai rawit turun 20 persen,” jelasnya.
Dari data komprehensif, produksi cabai besar nasional pada Juni sebesar 78.040 ton, dan kebutuhan cabai besar pada Juni diperkirakan 76.317 ton, atau tersisa 1.723 ton cabai besar. Produksi cabai rawit 73.562 ton dan kebutuhan cabai rawit diperkirakan 72.159 ton, sehingga ada neraca cabai rawit surplus 1.403 ton.
Sedangkan produksi cabai besar pada bulan Juli sebesar 99.949 ton, dan produksi cabai rawit sebesar 209.673 ton. Kebutuhan cabai besar pada Juli diperkirakan sebesar 97.731 ton dan cabai besar surplus sebesar 2.218 ton.
“Permintaan cabai rawit diperkirakan 87.308 ton, jadi cabai rawit surplus 22.365 ton,” katanya.
Dia mengatakan produksi Agustus diperkirakan 98.561 ton dan produksi cabai rawit 120.536 ton. Permintaan cabai besar pada Agustus diperkirakan sebesar 78.861 ton, sehingga surplus cabai besar adalah 19.701 ton.
“Kebutuhan cabai rawit diperkirakan 74.564 ton, jadi cabai rawit surplud 45.972 ton,” katanya.
Dikatakannya, tim Ditjen Hortikultura telah melakukan langkah-langkah pencegahan agar sentra panen tetap berproduksi melalui fasilitasi dan distribusi sarana produksi, percepatan penanaman lahan cabai seluas 3.350 hektar hingga akhir semester I, dan fasilitasi pembagian 1.000 hektar benih.
“Gerakan pengendalian OPT juga dilakukan,” katanya.
Baca Juga : Langkah Kementan Jaga Stabilitas Stok Cabai di Pasar