mediatokotani.com – Kementerian Pertanian terus mendorong petani untuk meningkatkan produktivitas melalui penggunaan pupuk organik dan pemupukan secara berimbang. Langkah ini penting untuk menghasilkan padi berkualitas.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan, untuk meningkatkan produksi, salah satu yang harus dilakukan bersama adalah pemupukan berimbang. Sistem tersebut sangat penting untuk mendukung tumbuhkembangnya sebuah tanaman.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menyediakan pupuk subsidi dengan kapasitas 9 juta ton. Para petani bisa mendapatakan pupuk tersebut melalui sistem e-RDKK. Sistem itulah yang akan mendata siapa saja para petani yang berhak menerima pupuk.
“Basis dari pengajuan subsidi pupuk adalah RDKK. Jadi manakala ada lahan yang diluar domisili kecamatan, dia tidak mendapatkan pupuk. Solusinya kompromi saja, tidak boleh ada lahan yang tidak kebagian pupuk kalau sudah berhak dan sesuai SOP yang dikeluarkan oleh kementan,” katanya.
Namun, kata dia, pemupukan juga tidak boleh berlebih karena bisa mengakibatkan erosi dan gagal tanam. “Pemupukan tidak boleh berlebih. Kalau pupuk urea berlebih justru akan memasamkan tanah dan berbahaya. Akibatnya gampang tererosi dan cepat jenuh airnya. Disitulah bisa mengakibatkan gagal tanam,” ujarnya.
Menurut Dedi, pemupukan adalah komponen utama pada sebuah tanaman. Karena itu diperlukan keberimbangan baik urea maupun dengan proses perawatan. Pemerintah juga mendorong petani membuat pupuk organik dengan menggunakan bahan alami seperti jerami dan kotoran hewan ternak. Bahkan petani bisa membuat sertifikasi untuk pembuatan pupuk organik berbasis bisnis.
“Bagaimana caranya mendapatkan sertifikasi? kalau untuk komersial itu harus uji mutu dan efektifitas bersama sama dengan kementan. Jadi di dalam sertifikasi organik itu yang paling penting adalah prosesnya, bukan hanya produknya,” jelasnya.
Dedi juga mengingatkan, perlunya mengatur aliran air. Air sangat diperlukan pada sawah yang baru proses tanam. Namun pengairan tidak boleh berlebih karena dapat merusak akar tanaman.
“Air adalah infiltrasi. Air harus kita jadikan anugrah. Dengan kita belokan airnya ke lahan pertanian untuk irigasi dengan sendirinya akan menghasilkan karbohidrat dalam bentuk beras,” katanya.
Karena itu, menurut Dedi, sisitulah pentingnya kita membuat sumur resapan sebanyak banyaknya. Yang pasti, pemupukan harus benar dan diimbangi dengan pupuk organik. “Kalau di lahan miring imbangi dengan guludan agar erosi tidak banyak,” katanya.
Sementara itu Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam acara Training of Trainer (TOT) yang digelar secara virtual, Rabu (26/10) mengatakan, sektor pertanian sudah sejak lama menjadi bantalan ekonomi nasional. Pertanian juga terbukti menjadi sektor pembuka lapangan kerja hingga berjuta-juta tenaga kerja. Karena itu, generasi yang ada saat ini harus memperkuatnya dengan bekerja lebih keras lagi.
“Pertanian itu harus kita jaga bersama. Kita yang menjadi pejabat jangan sampai salah maintenance. Paling penting, kita jangan menjadi orang yang menghilangkan nilai-nilai kebangsaan,” katanya.
Untuk mengantisipasi dan beradaptasi dengan kondisi yang terjadi saat ini, SYL mengatakan, kita perlu tiga hal. Pertama, memperkuat pendidikan, teori dan pertemuan seperti ini untuk membangun networking. Kedua, membangun agenda dan manajemen sistem sebagai sebuah ilmu yang akan kita terapkan.
“Ketiga mengubah mindset dari para pelaku pertanian untuk berubah dengan kondisi yang ada. Salah satunya mengembangkan pupuk organik,” ujarnya.
Sebagai informasi, kegiatan TOT ini dihadiri 7.680 peserta yang terdiri dari widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian seluruh Indonesia. Namun demikian, realisasi registrasi peserta secara online mencapai 12.228 pendaftar atau 159,22 persen.