mediatokotani.com – Prediksi puncak MH 2022/2023 yang terjadi Desember-Januari dengan curah hujan yang cukup tinggi akibat adanya fenomena La Nina menyebabkan lahan pertanian di Provinsi Aceh umumnya dilanda banjir sejak akhir Desember 2022.
Kabupaten Bireuen, Pidie dan Pidie Jaya menjadi kabupaten yang terdampak banjir selain karena curah hujan yang tinggi, akan tetapi juga air kiriman dari atas bukit yang menyebabkan tanggul jebol dan meluapnya air rob.
Koordinator Tingkat Kabupaten Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (Koortikab POPT) Bireuen Provinsi Aceh, Ali Saifudin, mengatakan bahwa upaya mitigasi dan antisipasi berupa pembersihan saluran irigasi mandiri oleh petani telah dilakukan sebelum terjadinya banjir di area persawahan.
“Sebetulnya curah hujan tidak terlalu tinggi, akan tetapi karena kiriman air dari bukit yang telah deforestasi menyebabkan tanggul jebol dan menggenangi persawahan. Akan tetapi, saat ini sebagian besar persawahan sudah surut dan di lahan yang masih tergenang kami akan lakukan upaya pompanisasi”, terang Ali.
Senada dengan Ali Saifudin, Koordinator Tingkat Kabupaten Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (Koortikab POPT) Pidie Provinsi Aceh, Mahzal mengatakan bahwa budaya “bersih-bersih” saluran irigasi telah menjadi tradisi petani sebelum turun sawah. “Upaya antisipasi berupa normalisasi saluran irigasi telah dilakukan sebelumnya, sehingga saat ini sebagian areal persawahan sudah ada yang mulai surut. Kami terus melakukan monitoring banjir dan akan menyiapkan pompanisasi di wilayah yang masih tergenang” ucap Mahzal.
Hal ini juga diperkuat oleh Koordinator Tingkat Kabupaten Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (Koortikab POPT) Pidie Jaya Provinsi Aceh, Safrizal mengatakan bahwa upaya mitigasi berupa normalisasi sungai sangat efektif dalam penyusutan genangan banjir di areal persawahan. “Keadaan tanaman padi yang semula tergenang, kondisi terkini rata-rata sudah surut semua. Tanaman padi juga masih segar sehingga masih bisa berproduksi dengan baik” tandas Safrizal.
Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Aceh, Zulfadli, mengatakan bahwa banjir yang terjadi saat ini tidak akan menganggu produksi pangan padi di Provinsi Aceh.
“Upaya mitigasi banjir berupa normalisasi saluran irigasi telah menjadi tradisi petani lokal. Sehingga air cepat surut. Namun kami telah menyiapkan Brigade La Nina untuk upaya normalisasi saluran maupun pompanisasi. Pompa air bantuan Kementan siap diterjunkan untuk menekan puso. Selain itu juga kami telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten terkait bantuan benih bagi yang puso”, tutup Zulfadli.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Mohammad Takdir Mulyadi, mengatakan bahwa Kementan terus memantau data laporan banjir harian dari petugas POPT. Data banjir yang dilaporkan secara real time akan mempercepat pengambilan keputusan sehingga meminimalisir resiko kehilangan.
“Puso akibat banjir di Aceh pada bulan Januari tahun ini masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu” jelas Takdir. “Kami telah melakukan beberapa langkah antisipasi dampak iklim ekstrim diantaranya dengan mapping wilayah rawan banjir, pemantauan rutin informasi BMKG sebagai Early Warning System, normalisasi saluran irigasi, pompanisasi dan mendaftarkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)”.
Selain itu Takdir menambahkan, pihaknya akan melakukan langkah pasca banjir di wilayah terdampak untuk optimalisasi pemulihan, “Kami telah mengalokasikan kegiatan Gerakan Penanganan DPI untuk Provinsi Aceh sekaligus pengusulan bantuan benih bagi yang puso ke Direktorat Perbenihan”. sambung Takdir.
Ditempat yang berbeda, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan bahwa Kementan akan selalu siap membantu petani dalam menangani gangguan DPI di lahan persawahannya “Seluruh stakeholder pertanian siap untuk mengamankan produksi tanaman pangan dari gangguan DPI”, ungkap Suwandi. Gerakan Penanganan DPI menjadi bukti konkret komitmen Kementan dalam menjaga produksi tanaman pangan. “Resiliensi mesti diciptakan dari sekarang untuk menghadapi DPI yang berdampak besar terhadap sektor pertanian”, pungkas Suwandi.
Hal ini sejalan dengan instruksi Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang menekankan pentingnya kesiapsiagaan sektor pertanian dalam menghadapi kuatnya perubahan iklim global. Perubahan yang bukan hanya teori ataupun topik perdebatan para ilmuwan semata, sekarang ini perubahan sudah dirasakan hampir di semua sektor. Utamanya di sektor pertanian, yang diperkirakan akan terdampak sangat besar akibat perubahan iklim.
Baca Juga: Tahun Ini, Kementan Fokus Diversifikasi Pangan dan Peningkatan Ekspor