Site icon mediatokotani.com

Harga Ayam Tembus Rp 50.000/Kg, Jokowi Turun Tangan

mediatokotani.com – Temuan mengejutkan didapatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat blusukan ke Pasar Palmerah, Jakarta Pusat. Jokowi menemukan harga daging ayam meroket sangat tinggi.

Menurutnya, daging ayam naik dari awalnya cuma Rp 30.000-an per kilogram naik jadi Rp 50.000 per kilogram.

“Yang Naik harga tinggi memang daging ayam biasanya Rp 30.000-32.000 ini sudah capai Rp 50.000,” ungkap Jokowi usai melakukan peninjauan di Pasar Palmerah, Senin (26/6/2023).

Ketika ditanya apakah kenaikan ini hanya kenaikan musiman jelang hari raya Idul Adha, Jokowi bilang bisa jadi seperti itu. Namun, dia seperti tak percaya kenaikannya tinggi sekali.

“(Naik musiman karena Idul Adha?) Ya mungkin juga. Tapi kok naiknya terlalu tinggi dari Rp 30.000 ke Rp 50.000, ini tinggi banget,” kata Jokowi.

Jokowi bilang pemerintah akan mencari tahu apa yang membuat harga daging ayam meroket. Pihaknya akan melakukan pengecekan pada pasokan daging ayam.

“Bagaimana bisa setinggi ini? Apakah karena pasokannya? Ini yang segera saya cek,” ungkap Jokowi.

Ketika ditanya kapan harga akan turun menjadi normal lagi, Jokowi enggan menjawab. Dia cuma bilang pasti saat harga komoditas naik ujungnya akan mengalami penurunan juga.

“Kalau harga ayam telor kan biasa naik terus turun lagi,” ujar Jokowi.

Penjelasan Bapanas

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengungkapkan penyebab harga ayam bisa sangat tinggi. Menurutnya, berdasarkan harga pangan di Panel Harga Pangan milik Badan Pangan Nasional, harga ayam rata-rata nasional Rp 36.000 per kg. Kemudian, untuk terendahnya ada yang Rp 33.000 atau Rp 27.000 per kg.

Nah, harga ayam yang ditemukan Jokowi bisa sangat mahal kemungkinan disebabkan oleh faktor Pasar Palmerah bukan pasar induk, melainkan pasar induk. Arief mengatakan jika harga pangan dari pasar induk ke pasar turunan pasti ada biaya distribusi yang lebih. Apa lagi, kalau jumlah distribusi stoknya sedikit, maka biaya distribusinya akan tinggi.

“Itu ada faktor distribution cost. Jadi cost per unit akan lebih bagus saat dikirim lebih banyak. Jadi satu truk isinya 3 ton misalnya. Kemudian, tapi isinya cuma 1 ton. Sama kalo diisi 3 ton full truck full load kan berbeda,” jelas Arief usai acara Peluncuran Gerakan Pangan Murah Serentak Nasional, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (26/6/2023).

Baca Juga: Wujudkan Petani Sejahtera, Berikut Usaha Pemprov Riau Disektor Agraris

Exit mobile version