Wonosobo – Kementerian Pertanian terus mengembangkan kawasan hortikultura salah satunya melalui program food estate. Kabupaten Wonosobo adalah salah satu kawasan dengan konsentrasi pengembanganan kentang, bawang merah, bawang putih dan aneka cabai. Total luasannya meliputi 339,96 hektare.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam berbagai kesempatan meminta jajarannya melakukan pengawalan intensif agar kemanfaatan program tersebut benar-benar dirasakan oleh petani. Indikatornya terlihat dari peningkatan produktivitas panen, jaminan pemasaran dan peningkatan pendapatan petani.
Dirjen Hortikultura, Prihastto Setyanto mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan dan meningkatkan kualitas program pengembangan hortikulturanya. Kedepannya, pemerintah akan terus memperluas cakupan program agar lebih banyak lagi petani yang dapat berpartisipasi dalam program tersebut.
“Offtaker atau investor akan terus kita gandeng agar ada keberlanjutan usahatani terutama aspek pemasaran. Kemudian, UMKM maupun industri besar olahan bawang merah juga terus kita dorong menjadi mengungkit pertumbuhan produksi dan pendapatan petani,” kata Prihasto dalam pesan tertulis, Jumat (18/2).
Beberapa hari yang lalu, panen bawang merah dilakukan di lahan Kelompok Tani Ngudi Rahayu di desa Wonosari, Kecamatan Kalikajar. Hasil panen mencapai 12,3 ton/ha. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata panen Wonosobo di luar program food estate, yaitu 12 ton/ha.
Baca Juga : Kementan: Food Estate Kalteng akan jadi kiblat lumbung pangan Nasional
“Ini produktivitas yang sangat luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. Semoga hasil panen ini menjadi pemicu bagi petani lainnya untuk lebih luas mengembangkan kawasan bawang merah,” ujar Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Wonosobo, Dwiyama Satyani Budyayu saat menyaksikan proses pengubinan, Kamis (10/2).
Mitra tani berharap harga jual bagus sehingga tidak ada keraguan bagi petani untuk melakukan usaha tani ke bawang merah.
“Peningkatan produktivitas kami yang di atas rata-rata tentunya tak terlepas dari berbagai faktor diantaranya benih bermutu, lahan baru, petani yang ulet dan teknologi,” ujar Ketua Kelompok Tani Ngudi Rahayu, Diyo.
Secara ekonomi, efisiensi biaya produksi program food estate bawang merah meningkat. Biaya produksi sebelum program ini mencapai Rp 40 juta per hektar, setelah pelaksanaan program biaya produksi hanya Rp 32,7 juta per hektar. Dengan biaya produksi tersebut, hasil panen bisa mencapai Rp 243 juta per hektar sehingga pendapatan bersih yang diperoleh petani sekitar Rp 210,3 juta per hektar untuk setiap musim tanam.
Kepala Desa Wonosari, Bondar mengaku sangat bangga dan bersyukur atas usaha warganya tersebut.
“Kami sangat berterima kasih kepada Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian yang mendampingi warga sehingga mampu menghasilkan panen yang memuaskan,” ujar Bondar.
Kegiatan panen bawang merah di FE Tawon ini juga dihadiri PT. Semangat Bersama Entrepreneurship (SBE) selaku offtaker. Hasil panen dalam bentuk rogol basah langsung dibeli sesuai dengan harga yang disepakati dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS).
Baca Juga : Kementan intens amankan Kawasan Food Estate Sumba Tengah dari serbuan belalang kembara