mediatokotani.com – Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dikhawatirkan bakal memicu efek domino. Hingga ke harga bahan baku minyak goreng, yaitu tandan buah segar (TBS) sawit di tingkat petani.
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan, kenaikan harga BBM bisa menjadi pemberat harga TBS petani.
“Harga BBM naik, biaya produksi dan distribusi pasti ikut naik juga,” kata Lionel.
Sinyal kenaikan harga BBM sendiri, lanjut dia, semakin kuat setelah pertemuan analis dengan Badan Kebijakan Fiskal (BKF).
“Dalam pertemuan itu, Kepala Badan, Febrio Kacaribu, menekankan komitmen pemerintah untuk melindungi daya beli masyarakat 40% terbawah menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi. Kami memperkirakan kenaikan harga akan diumumkan sebelum 1 September,” kata Lionel.
Bukan tidak mungkin, imbuh dia, kenaikan harga BBM akan membenani laju pergerakan harga TBS di tingkat petani. Yang sampai saat ini masih bergerak di bawah Rp2.000 per kg untuk TBS petani swadaya.
“Iya, itu (membebani harga TBS diterima petani) yang dikhawatirkan,” kata Lionel.
Hal itu dibenarkan Sekjen Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto.
“Kalau BBM naik, pasti berdampak. Terutama sisi pengangkutan. Pasti akan menambah biaya transportasi,” ujar Mansuetus.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung menambahkan, BBM menjadi salah satu faktor berpengaruh terhadap harga TBS. Artinya, masuk ke dalam faktor pengurang harga TBS diterima petani.
“Kalau bertambah biaya angkut CPO, misal dari PKS ke pelabuhan, masuk dalam komponen biaya CPO. Di mana komponen tersebut masuk ke dalam pengurang harga TBS sebagai bahan baku CPO,” kata Gulat.
“Kenaikan harga BBM berpotensi menekan harga CPO dan berdampak ke harga TBS. Namun, jika B30 dinaikkan jadi B40, maka harga TBS akan naik meski harga BBM naik. Jadi, supply dan demand CPO sangat membantu dampak jika harga BBM naik,” kata Gulat.
Penambahan Alokasi Biodiesel
Pemerintah sendiri melalui Komite Pengarah Badan Pengelola Dana Perkebunanan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah menyetujui penambahan alokasi biodiesel tahun 2022.
“Peningkatan kembali aktivitas ekonomi masyarakat diproyeksikan akan menyebabkan kenaikan permintaan minyak solar pada triwulan-IV tahun 2022. Kecukupan biodiesel sebagai campuran B30 hingga akhir Desember 2022 perlu dijaga dengan meningkatkan alokasi volume biodiesel pada tahun ini. Yang semula sebesar 10.151.018 kl menjadi 11.025.604 kL,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis dikutip Selasa, (30/8/2022).
Sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) optimistis harga TBS di tingkat petani bakal naik ke atas Rp2.000 per kg. Bahkan, seharusnya sudah ke atas Rp2.460 per kg. Dengan sejumlah kebijakan yang digelontorkan pemerintah, termasuk dengan mempercepat tenggat waktu penetapan harga referensi untuk patokan ekspor.
Hanya saja, imbuh Gulat, laju kenaikan harga TBS saat ini masih lambat. Terbukti, kata dia, harga TBS di tingkat petani swadaya masih di bawah Rp2.000 per kg. Dan, untuk petani mitra juga masih rata-rata Rp1.900 per kg. Meski di beberapa lokasi ada yang mencapai Rp2.500 per kg.
“Yang jelas, harga masih di bawah harga normal. Yaitu, minimal Rp2.250 per kg, ini adalah harga modal TBS petani. Ini menjadi catatan kepada pemerintah, bahwa harga TBS saat ini belum normal,” kata dia.
Untuk itu, lanjut Gulat, Apkasindo mengusulkan harga CPO tender KPBN yang masih lebih rendah, harus mengacu ke harga referensi Kementerian Perdagangan.
“Dan kami meminta data ekspor CPO dan turunannya dibuka ke umum,” pungkas Gulat.
Baca Juga: Mendag Akan Digitalisasi 1.000 Pasar dan 1 Juta Pedagang