loading…
Kementan terus antisipasi dampak El Nino terhadap pertanian. Foto/Dok
Mentan menjelaskan El-Nino bisa berdampak buruk terhadap ketahanan pangan nasional. Sebab ketersediaan air yang tidak cukup akan berpotensi pada menurunnya produktivitas pertanian.
“Semua daerah harus memetakan mana daerah yang merah, kuning, dan hijau. Untuk daerah yang hijau yang airnya masih lebih dari cukup, harus kita dukung maksimal di situ. Daerah kuning, yang airnya cukup, akan kita intervensi melalui irigasi, mekanisasi, varietas unggul. Untuk daerah merah, pemerintah daerah dapat mendorong daerah ini menjadi lumbung – lumbung pangan,” kata Mentan SYL dalam keterangannya dikutip Jumat, (21/7/2023).
Menurut prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak El Nino akan terjadi di bulan Agustus-September 2023. Ancaman ini berintensitas lemah hingga moderat sehingga dikhawatirkan akan berdampak kepada ketersediaan air atau kekeringan dan produktivitas pangan. Untuk mengantisipasi ini, Mentan mengaku telah mempersiapkan 6 provinsi yang akan menjadi penyangga utama pasokan pangan nasional.
“Keenam provinsi tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Lampung. Saya minta Jawa Barat maksimal mendukung dan bersama – sama bekerja, dalam menjabarkan perintah Bapak Presiden dalam menghadapi El Nino,” sambung Mentan SYL.
Lebih lanjut Mentan menjelaskan mulai dari tingkat Kabupaten, provinsi hingga pemerintah pusat harus terlibat maksimal dalam mengantisipasi El Nino. Semua pihak harus berkomitmen untuk memastikan berbagai agenda dan program berjalan efektif di lapangan.
“Memang tidak boleh PD (percaya diri) berlebihan. Tapi saya optimistis kita bisa menjaga pangan (untuk) lebih dari 280 juta jiwa masyarakat Indonesia secara baik, kita bisa bersama – sama melewati ini,” tegas Mentan SYL.
(uka)