KOMPAS.com – Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT) adalah bagian dari water management.
“Artinya, kegiatan RJIT dilakukan bukan hanya untuk memperbaiki atau membenahi, tetapi juga memaksimalkan fungsi saluran irigasi,” katanya, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (26/1/2021).
Dengan maksimalnya fungsi saluran irigasi, lanjut dia, maka luas areal tanam akan bertambah. Selain itu, juga dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan produktivitas.
Baca juga: Sarwo Edhy: Implementasi Kartu Tani akan Diwajibkan pada 2021
Pernyataan tersebut Sarwo sampaikan bersamaan dengan pemberian bantuan program RJIT dari Kementerian Pertanian (Kementan) untuk petani di Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar).
Sarwo menjelaskan, kegiatan RJIT di daerah tersebut dilakukan karena kondisi saluran irigasi awalnya berupa saluran tanah.
Kondisi ini membuat distribusi air ke lahan sawah kurang lancar. Selain itu, airnya terus berkurang akibat tanah yang porus.
“Maka dari itu, Kementan berupaya memperbaiki kondisi tersebut dengan RJIT,” kata Sarwo.
Baca juga: Sarwo Edhy Beberkan Syarat dan Manfaat Pendirian LKM-A
Untuk membuat saluran irigasi permanen. kata Sarwo, RJIT di daerah tersebut dilakukan dengan memanfaatkan konstruksi pasangan batu pada kedua sisi saluran.
Diharapkan dengan pembuatan saluran irigasi permanen, maka fungsinya akan lebih maksimal.
“Setelah saluran di rehab, hasil produktivitas ikut mengalami kenaikan, yaitu menjadi 6,8 ton per hektar (ha). Padahal, sebelumnya hanya 6 ton per ha,” jelasnya.