mediatokotani.com, Jakarta – Kementerian Pertanian mendukung pengembangan pupuk hayati yang dilakukan generasi milenial. Apalagi produk tersebut terbukti mampu mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Seperti yang dilakukan petani milenial dari NTB, M. Adzwar Fuadi.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan, pupuk hayati Bio Azwar yang dihasilkan petani milenial dari NTB mampu meningkatkan produktivitas tanah. Apalagi produk inovasi tersebut dibuat dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang ada di ladang tembakau sawah untuk meningkatkan produktivitas tanah.
“Sudah terbukti bila digunakan untuk tanaman tembakau, maka kualitas tanah akan bagus, pertumbuhannya tanamannya hebat dan berkualitas, meningkat lebih dari 50 persen. Selain itu ada produk pembenah tanah dan pestisida nabati organik,” kata Dedi.
Untuk itu Dedi meminta, Azwar yang merupakan Duta Petani Milenial (DPM) ini dapat mencetak sebanyak-banyaknya petani pengusaha milenial, minial satu kabupaten satu petani milenial. “Kalau NTB bisa cetak 10 petani milenial dalam satu kabupaten, maka produktivitas pertaniannya akan berkembang pesat. Terbukti sekarang saja sudah mampu ekspor keluar daerah dan tembakaunya sudah ekspor keluar negeri,” tuturnya.
Dedi juga meminta seluruh penggiat pertanian di NTB untuk meningkatkan komoditas pertanian yang ada, terutama untuk pakan ternak budidaya sapi. Sebab menurutnya, kalau pakannya digenjot, pasti sapinya akan tumbuh subur. “Kalau kita sekarang masih impor daging, peran duta petani milenial bisa mendongkrak pakan ternak dan produktiivtas sapi dan daging,” tambahnya.
Untuk itu, Kementerian Pertanian terus mendorong guna meningkatkan kemampuan dan bimbingan petani milenial, pertama melalui virtual maupun konvensional. Kedua, mendampingi sepak terjang petani milenial dalam mengenjot produktivitasnya. Ketiga, membangun forum komunikasi untuk kordinasi bagi DPM dan DPA Indonesia.
“Saya sendiri sudah menyaksikan kerjasama DPM dengan industri olahan. Dimana industri tersebut membutuhkan bahan baku seperti jambu batu, nanas, sirsak, dan lainnya guna dijadikan ekstrak dan tepung untuk ekspor. DPM dari beberapa daerah siap memasok kebutuhan industri tersebut,” ujarnya. Kementerian Pertanian juga akan terus mendukung petani milenial agar berkiprah semaksimal mungkin dari hulu sampai hilir.
Sementara itu, M. Azwar Fuadi menegaskan, dirinya siap mereasonansikan dan mengaktivasi petani milenial lain untuk terjun di dunia pertanian. Ia menilai, petani itu tidak lagi identik dengan kotor dan miskin, tapi justru menghasilkan ekonomis yang tinggi. “Dan kita akan mengajak mereka lebih banyak lagi,” ujarnya.
Dirinya menambahkan ide inovasi produk yang dibuatnya dari permasalahan kelangkaan pupuk. Sebenarnya bukan pupuk yang langka, tapi kita kurang cerdas melihat peluang. Bukan pupuk yang meningkatkan produksi, tapi bagaimana pupuk itu diserap maksimal.
“Dengan inovasi yang kita ciptakan, bisa menjadi solusi bagaiaman tanah yang ph-nya rendah, kadar logam tinggi, semua bisa dipecahkan dengan teknologi,” kata Azwar.
Menurutnya, produk yang dihasilkan sudah menyebar di empat provinsi dan satu provinai sudah ada distributornya. Kedepan, ia menargetkan pemasarannya sampai Indonesia Timur. “Saat ini produksinya masih 1.000 liter, kedepan bisa 10.000 liter karena permintaannya semakin bertambah. Semakin langka pupuk maka produk ini solusinya,” katanya.
sumber : TABLOIDSINARTANI.COM