KOMPAS.com – Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) membuat pestisida dari limbah batok kelapa.
Limbah batok kelapa sengaja dipilih menjadi bahan utama, karena desa Sutojayan, Blitar merupakan daerah dengan lahan pertanian luas dan jumlah pohon kelapa melimpah.
Ada lima mahasiswa yang menciptakan penemuan itu, mereka adalah Wakhidatul Fitriyah, Maulana A’inul Yaqin, Bakti Pertiwi Purnama Sari, Yohana Christine Tiurma Manurung, dan Muhammad Usman Sihab.
Baca juga: Dosen IPB Ciptakan Kit Diagnosis Dini Alzheimer
Wakhidatul Fitriyah mengatakan, limbah batok kelapa di Desa Sutojayan mencapai 15 ton per tahun. Namun sebagian masyarakat hanya memanfaatkan sebagai kerajinan tangan, bahan bakar gamping, dan sisanya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
“Padahal batok kelapa memiliki kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan sumber karbon, yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan asap cair,” kata Wakhidatul dalam keterangannya, melansir laman Universitas Brawijaya, Kamis (17/9/2020).
Untuk memberikan pemahaman terhadap pembuatan asap cair, Wakhidatul bersama empat mahasiswa lainnya melakukan program sosialisasi dan pelatihan secara bertahap melalui media online untuk menangani masalah limbah organik khususnya batok kelapa di Desa Sutojayan.
Berikan edukasi dan pendampingan
Dia menyebutkan, program pelatihan yang dinamakan LIKE-TOK bertujuan memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat dalam produksi asap cair dan produk samping berupa briket untuk meningkatkan dan memberdayakan kesejahteraan masyarakat.
“Selain itu program LIKE-TOK dapat menciptakan kelompok tani yang mandiri,” ucap perempuan yang merupakan mahasiswa angkatan 2017 ini.
Dalam sosialisasi, tim LIKE-TOK memaparkan bagaimana membuat pestisida cair dibuat dari batok kelapa yang sudah kering. Prosesnya dilakukan dengan alat pirolisis.
Dengan alat ini akan dilakukan proses pembakaran batok kelapa dengan suhu kurang lebih 400 derajat Celcius selama 3-6 jam.