Jakarta, IDN Times – Pandemik COVID-19 memang membuat masyarakat dipaksa untuk kreatif dan tetap produktif. Hal ini juga berlaku pada sektor pertanian. Kondisi seperti saat ini juga yang akhirnya membuat Ahmad Riyadi menghadirkan budi daya sayuran hidroponik bernama ‘Kamilah Hidroponik’.
Kreativitas tersebut timbul setelah Ahmad Riyadi harus berhenti dari tempat kerjanya di Arab Saudi karena pandemik. Karena itu, kreativitas yang dihadirkan di sektor pertanian mendapat apresiasi dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL). Dalam berbagai kesempatan, Mentan SYL mengajak seluruh pihak, tak terkecuali generasi millennial untuk tetap produktif dan inovatif dalam menghadapi pandemik yang tidak dapat diketahui kapan berakhirnya.
“Dengan adanya pandemik ini, perlu kegiatan produktif yang berkontribusi bagi perekonomian nasional, di antaranya kegiatan pertanian yang maju dan modern,” ujar Mentan SYL melalui keterangan resminya, Rabu (20/1/2021).
Ia pun menegaskan sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan dan bangkit dari keterpurukan akibat pandemik. Sektor pertanian juga membuka lapangan kerja bagi siapa saja yang kehilangan pekerjaan akibat pandemik.
1. Belajar hidroponik dari Youtube hingga membuka budi daya sayuran hidroponik
Para penggerak Kamilah Hidroponik yang menyediakan sayur hidroponik tengah-tengah pertanian konvensional di perdesaan. (Dok. Kementan)
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, berharap generasi millennial mampu memanfaatkan peluang di tengah wabah COVID-19.
“Menghadapi pandemik COVID-19, penduduk Indonesia akan banyak mengonsumsi produk dalam negeri dan olahan yang sehat. Seperti contohnya komoditas bawang dan produk olahan pangan lainnya. Peluang ini harus bisa dimanfaatkan oleh petani pengusaha millennial,” jelas Dedi.
Peluang tersebut juga yang akhirnya dimanfaatkan Ahmad Riyadi. Tak mau diam dengan kondisi yang ada, ia dan istrinya belajar hidroponik dari Youtube hingga membuka budi daya sayuran hidroponik yang dinamakan Kamilah Hidroponik.
Tepatnya pada Mei 2020, bermula dari satu instalasi hidroponik yang ia buat sendiri, Ahmad Riyadi dan istrinya memenuhi rasa penasaran mereka akan teknologi budi daya modern ini. Bukan karena tak punya cukup lahan untuk bertani, melainkan rasa ingin tahu yang mendalam bagaimana aneka tanaman sayur bisa tumbuh subur pada media air. Hobi mereka pun kini berkembang menjadi sebuah usaha.
“Kami sama sekali tidak ada latar belakang pendidikan pertanian, belajar tentang hidroponik pun dari nol. Kami menyimak tutorial di Youtube dan belajar dari teman di komunitas hidroponik HID’s,” ujar istri Ahmad Riyadi, Anis Ainul, yang menjadi penggerak Kamilah Hidroponik.
2. Kamilah Hidroponik hadir di perdesaan
Ilustrasi sayuran hidroponik. (Shutterstock/T. Dallas)
Ahmad juga menambahkan, bila hidroponik lekat dengan image pertanian perkotaan yang identik dengan keterbatasan lahan, maka sebaliknya, Kamilah Hidroponik justru hadir di tengah-tengah pertanian konvensional di perdesaan. Beberapa instalasi hidroponik berjejer rapi di atas tanah kurang lebih seluas 1.000 meter persegi di Desa Ging-Ging, Kecamatan Bluto, menyajikan aneka sayuran daun dan buah yang segar.
Beberapa jenis sayuran, seperti selada, samhong, kailan, pakcoy, bayam brazil, dan sawi pagoda, yang tidak ditemukan di pasar lokal dan hampir belum pernah dikonsumsi oleh warga setempat bisa dibeli di sini. Tanaman mint, tomat, dan cabai rawit tak luput dari tangan dingin bapak dua anak ini. Tak berhenti di situ, Kamilah Hidroponik kini merambah pada penjualan instalasi hidroponik dan budi daya jamur tiram.
Ketika ditanya perihal modal, kompak suami-istri ini menjawab habis modal mencapai Rp20 juta. Namun, kini usahanya tidak sia-sia, sekali panen ia mendapatkan omzet sekitar Rp2-3 juta per bulannya.
Produk sayur segar dari Kamilah Hidroponik dipasarkan secara online. Bahkan sudah bermitra dengan beberapa kafe. Permintaan dari luar kota pun dilayani dengan memanfaatkan jasa ekspedisi. Tak jarang pesanan sayur diantarkan sendiri ke konsumen sebagai bentuk pelayanan prima.
3. Kehadiran usaha sayur hidroponik yang bebas pestisida kimia sangat membantu warga
powerhousehydroponics.com
Saat ditanyakan kiat menjaga tanaman tumbuh subur dan mulus, Ahmad Riyadi menjelaskan bahwa kualitas tanaman hidroponik sangat ditentukan oleh formulasi nutrisi serta pengendalian hama dan penyakit.
“Musim penghujan seperti ini, biasanya rawan serangan ulat. Melalui kecukupan nutrisi tanaman dapat hidup sehat sehingga ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit lebih baik. Untuk mengantisipasi serangan HPT, saya menggunakan pestisida nabati dari bawang putih,” ujarnya.
Kamilah Hidroponik menggunakan pestisida nabati bawang putih, yakni dengan menyiapkan 5 siung bawang putih, dikupas, haluskan, dan campurkan dengan 1 liter air. Setelah itu, dilakukan fermentasi selama 1 x 24 jam dan saring. Aplikasi dilakukan tanpa pengenceran dengan interval 1-2 kali seminggu. Penyemprotan dilakukan pagi sebelum matahari terbit atau sore setelah matahari terbenam karena hama terutama ulat munculnya pada waktu tersebut.
Usaha sayuran ini bukan tanpa kendala. Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa sayuran hidroponik berbahaya bagi kesehatan menjadi kendala dalam perluasan pemasaran. Namun, pelaku budi daya sistem hidroponik seperti Ahmad Riyadi tak menyerah. Bersama-sama dengan Petugas Penyuluh Pertanian menyosialisasikan secara masif keunggulan sistem budi daya hidroponik dan produk panennya.
Ahmad dan Anis menuturkan bahwa kehadiran usaha sayur hidroponik yang bebas pestisida kimia di masa pandemik sangatlah membantu warga.
“Semakin beragam sayuran yang dikonsumsi masyarakat, semakin beragam pula asupan nutrisi. Diharapkan dengan kecukupan nutrisi, masyarakat bisa hidup sehat dan terbebas dari penularan virus COVID-19 dan penyakit lainnya. Dengan harga terjangkau, warga mendapatkan akses untuk mengenal dan mengkonsumsi aneka sayuran. Aplikasi hidroponik pun mudah, praktis, dan dapat menghemat biaya tenaga kerja dan perawatan,” pungkas Ahmad.