TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta — Kementerian Pertanian mempersiapkan langkah strategis untuk stabilisasi harga dan pasokan kedelai dalam negeri mulai tahun 2021 ini.
Arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk jajarannya menggeber produksi kedelai dalam negeri sebagai bentuk mengurangi ketergantungan akan kedelai impor, langsung direncanakan teknis oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
“Ada 3 langkah yang dilakukan untuk itu. Langkah SOS (Darurat) 100 hari (Januari-Maret 2021), langkah Temporary 200 hari (April Juni 2021) dan langkah permanen berkelanjutan (2021-2024),” beber Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi.
Lebih lanjut Suwandi menjelaskan, langkah darurat yang ditempuh Kementan sejak awal Januari hingga Maret mendatang meliputi distribusi stok/operasi pasar dari gudang importir sebanyak 19.100 ton per bulan ke 38 ribu pengrajin tahu tempe di DKI dan Jawa Barat. Termasuk, stabilisasi harga di importir (Rp 8 ribu per kilogram) dan Gakoptindo (Rp 8.500/kg).
Di tingkat hulu, Kementan juga akan mempersiapkan produksi benih sebar 18 ribu hektar di 6 provinsi. Diharapkan bisa menghasilkan 18 ribu ton benih sebar yang bisa ditanam petani.
Di sisi lain, dilakukan produksi kedelai di 37 ribu hektar lahan dengan menggunakan metode bantuan pemerintah (banper). “Pemerintah berupaya agar ada investasi dari swasta untuk ikut melakukan penanaman. Pengusaha maupun petani dapat memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk melakukan penanaman kedelai. Tahun lalu KUR untuk kedelai sekitar Rp 700 miliar, kita dorong lagi supaya meningkat dan mendukung ini,” kata dia.
Sedangkan untuk langkah temporer 200 hari (April-Juni 2021) Suwandi mengatakan akan ditargetkan penanaman kedelai di 375 ribu hektar yang terdiri dari 12 provinsi yaitu Sulbar (50 ribu ha), Sulut (30 ribu ha), Sulsel (20 ribu ha), Jateng (54 ribu ha), Jabar (40 ribu ha), Jatim (40 ribu ha), NTB (20 ribu ha), Kalsel (10 ribu ha), Lampung (15 ribu ha), Jambi (16 ribu ha), Banten (10 ribu ha) dan Aceh (20 ribu ha).
Dengan rata-rata produktivitas 1,5 ton per hektar, diperkirakan produksi bisa mencapai 500 ribu ton yang bisa diserap Gakoptindo dan pengrajin tahu tempe. “Diharapkan bisa lebih dari 2 ton per hektar, kita lihat potensi hasil dari VUB kedelai yang dimiliki Balitbang Pertanian,” tambahnya.
Tentunya, pengendalian hama penyakit serta tikus menjadi penting dalam pertanaman kedelai di fase ini. “Kita siapkan pertanaman di musim gadu pematang sawah, tadah hujan, integrasi tebu, di lahan RNI, PTPN dan Perhutani,” jelasnya.
Solusi Permanen
Khusus untuk solusi permanen dan berkelanjutan, hingga tahun 2024, Kementan melakukan cara menjadikan kedelai sebagai bagian 12 pangan strategis. Sehingga bisa memaksimalkan produksi dalam negeri. Hilirisasi kedelai juga terus ditingkatkan dalam solusi permanen ini.
Paling penting adalah menjadikan kebijakan pengendalian impor dari non Lartas menjadi Lartas. Untuk harga, keberlanjutan dilakukan dengan jaminan pasar dan harga acuan pemerintah (HAP).
Kebijakan ala bawang putih yang mewajibkan importir menanam di dalam negeri juga direncanakan dalam jangka panjang ini. Termasuk menyerap hasil produksi kedelai dalam negeri.