Site icon mediatokotani.com

Gropyokan Metode Pengendalian Hama Tikus di Lampung Selatan

Media Toko Tani – Petani di Kecamatan Gadingrejo, Padasuka dan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, Lampung Selatan, terjun ke sawah bersama dengan petugas BPTPH, POPT, Babinsa dan PPL untuk mengendalikan hama tikus dilakukan dengan melakukan gropyokan dan memasang umpan beracun.

Antusiasme petani dan petugas sangat besar untuk mengendalikan serangan tikus ini setiap hari, mereka mengkoordinir dan melakukan gerakan pengendalian tikus (gerdal) di berbagai tempat.

Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Andrio Putra Gunawan, Kepala Seksi Pengendalian OPT Balai Perlindungan Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Lampung.

“Gropyokan ini harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan untuk menekan populasi hama tikus secara efektif guna mengamankan hasil panen padi petani,” kata Andrio.

Metode Gropyokan dilakukan dengan cara menggali lubang aktif atau menggunakan bahan pengasapan. “Tikus mati bisa mencapai ratusan bahkan ribuan,” kata Hendri, dari POPT Kabupaten Gadingrejo, saat pemeriksaan Minggu pagi (24/10/2021). Selain gerdal desa Bulurejo, gerdal juga telah dipraktekkan di Desa Gadingrejo Timur, Tulung Agung, dan Tegalsari dan berhasil melampaui ratusan populasi tikus parasit.

Gerdal tikus tidak dieksekusi sekali, namun bisa lebih. Hal ini dikarenakan tikus merupakan hewan cerdas yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap kondisi lingkungan. Misalnya Kecamatan Gadingrejo yang kembali melakukan gropyokan pada tanggal 30 Oktober 2021 karena masih terdapat populasi tikus di dalam lapangan tersebut meskipun gropyokan telah ditetapkan sebelumnya.

Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan hama yang relatif sulit dikendalikan, terutama karena tikus cepat berkembang biak, hewan pengerat ini juga mampu merusak hingga 80% tanaman padi di lahan dalam semalam, dan menempel pada akar, batang, daun, hingga bulir padi sehingga tanaman padi tidak dapat berkembang.

Hewan yang aktif di malam hari ini dikenal cerdas karena volume otak tikus mampu belajar dari pengalaman tikus lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Memang pengendalian tikus sawah dapat dilakukan dengan kearifan lokal, dengan cara gropyokan seperti di Kab.Pringsewu. Gropyokan, yang tercermin dari kearifan lokal tradisional yang murah, mudah, sederhana, ekologis dan mempererat silaturahmi antar sesama petani dan petugas.

‘’Saya menghimbau para petani bergotong royong melakukan kegiatan pengendalian terpadu. Jika ada serangan tikus segera laporkan ke petugas POPT dan penyuluh setempat agar segera dilakukan tindakan pengendalian yang tepat dan cepat’’, tegas Abriani, Koordinator Substansi Pengendalian OPT Serealia Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.

Mohammad Takdir Mulyadi, selaku Direktur Perlindungan Tanaman Pangan menjelaskan, penanganan tikus-tikus tersebut harus dilakukan secara serius dan berkesinambungan. Takdir menjelaskan, “Kami terus berkoordinasi dengan petugas lapangan, Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) dan BPTPH di wilayahnya untuk selalu mengawal penanaman dari awal hingga akhir, mulai dari pra tanam hingga panen. Khusus untuk tikus, pengendalian harus dilakukan sebelum tanam, secara serentak, pada areal yang luas dan secara individu, bukan secara individu, karena akan sia-sia.”

Sementara itu, Dirjen Tanaman Pangan Suwandi menegaskan komitmen pengendalian hama sebagai salah satu tugas dan fungsi Kementerian Pertanian. “Saya meminta kepada seluruh pemangku kepentingan untuk selalu mendampingi petani dalam menanam tanaman pangan. Kami telah mengalokasikan bantuan sarana pengendalian di daerah masing-masing dan dapat digunakan jika kondisi hama meningkat,” kata Suwandi.

Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) kepada jajarannya untuk mengatasi masalah pertanian seperti hama dan penyakit dengan melakukan segala cara untuk menjaga dan mengamankan produksi pangan nasional.

Kementerian Pertanian berada di garda terdepan untuk mengawal penuh bantuan pestisida dan bantuan lain yang ada untuk menekan tingkat hama tikus, yang harus dilakukan semaksimal mungkin bersama-sama,” kata Suwandi.

Exit mobile version