MANADO – Hingga Rabu (3/3/2021), Garuda Indonesia sudah 23 kali mengangkut kargo direct call dari Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado ke Bandara Narita, Tokyo, Jepang.
“Total tonase ekspor sudah mencapai 356.284 ton,” kata General Manager Garuda Indonesia Manado, Vonny F. Pinontoan kepada Tribun Manado, Kamis (4/3/2020).
Sejauh ini, komoditas yang diekspor ke Jepang didominasi produk perikanan seperti tuna. Selain itu ada hasil pertanian dan general cargo.
“Sejauh ini masih dominan produk tuna segar dari Manado dan Ambon,” ujar mantan SM Garuda Indonesia Denpasar ini.
Meskipun demikian, Vonny bilang, volume ekspor langsung ke Jepang masih fluktuatif.
Dari 23 kali pengiriman, hanya tiga kali volume kargo melebihi 20 ton sekali kirim.
“Tadi malam (Rabu, 3 Maret) kita kirim delapan ton saja,” jelasnya.
Rekor tertinggi tercatat pada 6 Januari 2021, volume pengiriman mencapai 27 ton.
Naik turunnya volume tak lepas dari ketergantungan terhadap produk tuna dari Sulut, Ambon dan daerah sekitar.
“Kalau cuaca buruk, pasti tuna kurang, tentu volume juga ikut turun,” kata Vonny yang didampingi jajaran.
Karena itu, ia bilang perlu ada upaya ekstra untuk menjaga agar direct call ini bisa bertahan.
Garuda Indonesia memandang, komoditas yang dikirim harus beragam. Jika selama ini bergantung pada pasokan tuna, ke depan perlu didorong perbanyak produk pertanian dan general cargo.
“Kalau perikanan, sangat bergantung musim atau cuaca. Kemarin contohnya, cuaca buruk, ikan dari Ambon tak bisa dikirim. Nah, kalau pertanian kan relatif lebih aman,” ujarnya.
Di sisi lain, Garuda bertekad agar Manado ini bisa jadi hub khusus produk perikanan.
Selama ini, ungkap Vonny, masih ada produk tuna dari Ambon, Gorontalo, bahkan Manado yang dikirim ke Jepang melalui Jakarta.
Dengan ekspor langsung, mempersingkat waktu kirim. Otomatis kualitas produk terjaga yang berimbas pada harga yang lebih baik.
Diversifikasi Produk
Demi mendorong diversifikasi produk ekspor, Garuda Indonesia bersama Balai Karantina Pertanian dan instansi terkait lain mendatangi petani holtikultura di Minahasa dan sekitarnya.
Petani diedukasi pentingnya menghasilkan produk organik yang memenuhi standar ekspor.
“Mereka kiranya mulai mempersiapkan produk yang memenuhi standar Jepang,” katanya.
Diketahui, permintaan Jepang terhadap produk pertanian seperti sayuran organik sangat besar.
“Tapi standar mereka tinggi. Di antaranya harus zero pestisida. Dari Garuda di Tokyo sudah menyampaikan, Kira-kira bisa ada pasokan tapi kita harus cari dulu,” katanya.
Selain itu, Garuda Indonesia memfasilitasi petani bunga di Tomohon agar bisa menghasilkan produk yang masuk kualifikasi ekspor.
Katanya, Garuda Indonesia berkomitmen menjaga direct call ke Jepang.
“Ini program bagus yang tujuannya akhirnya mendorong kesejahteraan masyarakat di Sulut. Karena itu butuh sinergitas, baik pemerintah, pelaku ekspor, instansi terkait hingga petani nelayan,” jelasnya.
seumber : Tribun Manado